Jika perempuan memiliki gaun sebagai seragam wajib untuk acara spesial, hal yang sama berlaku pada pasangannya yang juga harus memilih busana pengantin pria. Setelan formal pria (jas, kemeja, dan celana) merupakan kategori busana andalan yang digunakan di hampir setiap acara resmi. Sejak ratusan tahun lalu para pria di bagian barat dunia menciptakan dan menjadi sangat familiar dengan apa yang disebut jas custom-made (bespoke). Metode pembuatan setelan berdasarkan pengukuran menyeluruh si pengguna. Sesuatu yang lazim bagi kalangan bangsawan kala itu. Lepas abad ke-17, usai Revolusi Prancis, setelan pria mengalami pergeseran, baik secara peruntukan maupun model dan teknik pengerjaan. Berkat British tailoring, setelan pria tak lagi terlihat terlalu mencolok dengan hias bordir ataupun warna-warna vibran. Penggunaan uap dan pemberian lapisan pengisi (padding) pada material wol, serta aplikasi dasi sebagai aksen, membuat tampilan setelan pria lebih maskulin dan bergaya.
Di abad ke-19, setelan formal menjadi busana wajib bagi hampir setiap pria. Di masa ini, topi tinggi (top hat) mulai jarang digunakan dan hanya muncul saat seremoni-seremoni penting kaum borjuis. Perubahan sangat signifikan lantas terjadi setelah masa perang dunia, 1940-1950-an, dengan tampilan setelan formal yang dibuat sesederhana mungkin. Ukuran kerah jas yang menyusut, suit coat dipotong lebih pendek menjadi blazer, rompi tak lagi digunakan, serta perubahan pada konstruksi setelan, memberikan banyak kontribusi pada potongan jas modern yang ada saat ini, khususnya double-breasted suits.
Selama masa yang silih berganti, peran setelan pria mengalami banyak perubahan. Sekarang, siapapun bisa menggunakannya. Hal tersebut kemudian memengaruhi model, kualitas, dan harga dari setelan formal. Opsi kian luas dengan teknik dan penyedia jasa atau produk jas made-to-measure tak lagi didominasi oleh penjahit profesional semata, melainkan berbagai brand raksasa dunia. (RW) Foto: Dok. Wikimedia Commons.
Di abad ke-19, setelan formal menjadi busana wajib bagi hampir setiap pria. Di masa ini, topi tinggi (top hat) mulai jarang digunakan dan hanya muncul saat seremoni-seremoni penting kaum borjuis. Perubahan sangat signifikan lantas terjadi setelah masa perang dunia, 1940-1950-an, dengan tampilan setelan formal yang dibuat sesederhana mungkin. Ukuran kerah jas yang menyusut, suit coat dipotong lebih pendek menjadi blazer, rompi tak lagi digunakan, serta perubahan pada konstruksi setelan, memberikan banyak kontribusi pada potongan jas modern yang ada saat ini, khususnya double-breasted suits.
Selama masa yang silih berganti, peran setelan pria mengalami banyak perubahan. Sekarang, siapapun bisa menggunakannya. Hal tersebut kemudian memengaruhi model, kualitas, dan harga dari setelan formal. Opsi kian luas dengan teknik dan penyedia jasa atau produk jas made-to-measure tak lagi didominasi oleh penjahit profesional semata, melainkan berbagai brand raksasa dunia. (RW) Foto: Dok. Wikimedia Commons.