Jika prosesi adat Tionghoa yang menjadi pilihan Anda, tak perlu bingung tentang bagaimana runutan upacaranya. Berikut Lian Purwana, pemilik Emerys Flowers, yang kerap terlibat menjadi konsultan dan membantu pergelaran ritual pernikahan ala Tionghoa, memberikan penjelasannya. Dituturkan oleh Lian, adat pernikahan orang Tionghoa mempunyai prosesi upacara-upacara antara lain: Pertama, Lamaran. Ini merupakan prosesi di mana keluarga pihak laki-laki datang ke rumah keluarga perempuan. Ada simbolisasi pemberian kalung, lalu membicarakan hari pernikahan, kemudian pihak perempuan mengundang makan siang bersama.
Kedua, Sangjit. Ini prosesi keluarga pihak laki-laki datang ke rumah keluarga perempuan, umumnya 1-2 minggu sebelum pernikahan. Pihak laki-laki memberi uang susu dan ping ching, lalu tukar-menukar baki di mana pihak laki-laki memberikan barang kebutuhan perempuan dan pihak perempuan memberikan barang kebutuhan laki-laki. Berlanjut dengan pihak laki-laki juga membawa baki berisi makanan dan buah seperti jeruk dan apel, yang harus dikembalikan setengahnya (jumlah baki serta isi masing-masing baki harus genap, bahkan setelah dibagi 2), dan bertukar red wine dengan sirup. Hiasan yang digunakan biasanya berupa huruf mandarin dari double happiness.
Ketiga, Sung Chia Cuang. Di sini orangtua pihak perempuan membekali anaknya untuk masuk ke rumah keluarga laki-laki. Barang-barang yang diberikan pada waktu Sangjit (kecuali makanan), harus dibawa juga. Sepasang lentera dibawakan dan dinyalakan sampai hari pernikahan. Barang yang umum dibekali biasanya seprai, bed cover, bantal dan guling. Untuk praktisnya pada jaman sekarang, umumnya dilakukan sore hari disambung setelah upacara Sangjit. Pemasangan seprai di kamar pengantin dilakukan oleh pihak perempuan.
Keempat, Tepai (tea ceremony). Sebuah upacara perkenalan mempelai wanita dengan keluarga pihak laki-laki yang lebih tua posisinya dalam silsilah keluarga, disertai penghormatan dengan pemberian teh yang sebaliknya dibalas dengan ang pau atau perhiasan. Perkenalan mempelai laki-laki dengan keluarga pihak wanita yang lebih tua posisinya dalam silsilah keluarga, disertai penghormatan dengan pemberian teh yang sebaliknya dibalas dengan ang pau atau perhiasan. Biasa dilakukan pada hari pernikahan sebelum resepsi. Karena alasan praktis, terkadang berbarengan hari resepsi pun tidak mengapa.
(DI) Foto: Dok. Majalah Dewi.