Taman Nasional Khunjerab
Kami meneruskan perjalanan menyusuri Karakoram Highway ke arah utara. Sekitar satu setengah jam dari Karimabad dan setelah melalui terowongan Attabad sepanjang tujuh kilometer, tiba-tiba tersibak sebuah hamparan air berwarna toska yang dibentengi bukit-bukit batu menjulang bagai sirip ikan hiu.
Danau Attabad baru terbentuk tahun 2010 akibat longsor yang menutup aliran Sungai Hunza. Longsor ini menyebabkan banjir yang membuat 6.000 penduduk harus kehilangan tempat tinggalnya hingga danau ini terbentuk. Kami bermalam di tepi danau ini, di sebuah penginapan bergaya bungalow, sebelum kemudian meneruskan perjalanan hingga ujung Karakoram Highway yang ada di wilayah Pakistan.
Beberapa jam setelah melewati bukuit-bukit runcing Passu Cones yang ikonik dan jembatan Hussaini yang didaulat sebagai jembatan gantung paling berbahasa di dunia, kami sampai di Taman Nasional Khunjerab. Taman nasional ini merupakan wahana konservasi utama untuk Domba Marco Polo, domba raksasa dengan tanduk berputar seperti penjaga pintu neraka. Taman Nasional ini juga merupakan habitat utama bagi snow leopard.
Udara semakin terasa berat saat kami mulai mencapai ketinggian 4.693 meter di atas permukaan laut. Suhu pun turun hingga mencapai -12 derajat Celcius. Kami sampai di Khunjerab Pass, perbatasan antara Pakistan dan China yang hampir tidak dijaga oleh tentara, kecuali oleh barikade besi yang disusun seadanya. Pemandangan ini cukup kontras dengan perbatasan Pakistan - India di Wagah yang dijaga ketat.
Hubungan ketiga negara ini memang sangat unik. Pakistan bersahabat erat dengan China yang sedikit banyak mengisolasi India. Saya bertanya pada Nawab, “Dalam hidup kamu, apakah kamu akan melihat perdamaian antara Pakistan dan India?” Tidak butuh waktu panjang bagi Nawab untuk menjawab ‘tidak’, tanpa kemudian mengelaborasi dengan alasannya.
Sebelumnya saya sempat bertanya pada sahabat saya dari India, “Apakah kamu pikir Pakistan dan India akan berdamai?” Jawabannya adalah, “Selama Pakistan dan China masih bersahabat, sepertinya akan sulit.”
Teks & Foto: Indra Febriansyah