Semarang atau ibu kota Jawa Tengah ini memiliki lokasi strategis di pesisir pantai utara Jawa, menjadikannya salah satu pintu pertama yang menerima kedatangan pelayar dari mancanegara. Sebagian besar pendatang itu lantas menetap dan mewariskan pengaruh budaya yang heterogen hingga kini. Tiongkok dan Belanda adalah dua etnis yang dominan meninggalkan jejak-jejaknya.
Menjelang tahun baru imlek, tak ada salahnya menengok Pasar Semawis yang ramai dengan kios berbagai jajanan. Selain masakan Cina, Anda juga bisa menemukan makanan Arab, Pakistan, hingga India yang mewakili asal usul warga Semarang, sekaligus menekankan keberadaannya sebagai kota Peranakan. Suasana perayaan yang penuh suka cita pun semakin terasa dengan pertunjukan seni dan hiburan terutama Tari Barongsai, diikuti Opera Cina, Wayang Potehi, bahkan konsultasi Feng Shui. Lampion merah pun tak ketinggalan memeriahkan spirit tahun baru. Lengkapi pula kunjungan Anda ke Semarang dengan bertandang ke Vihara Buddhagaya Watugong, kompleks rumah ibadah di sebuah perbukitan yang jaraknya sekitar 45 menit berkendara dari pusat kota. Salah satu bangunan yang paling atraktif di sana adalah Pagoda Avalokitesvara, dengan tinggi mencapai 45m sehingga dinobatkan MURI sebagai pagoda tertinggi di Indonesia. Tak kalah penting, klenteng Sam Poo Kong di Gedung Batu yang menyimpan kemudi serta jangkar kapal Laksamana Cheng Ho. Mengingat legenda yang disimpannya, Sam Poo Kong pantas dianggap sebagai simbol kehidupan lintas agama yang harmonis. (MUT) Foto: Corbis, www.indonesia.travel, MUT.