Pamukkale, secara bahasa berarti kastil kapas. Kota yang masuk daftar Situs Warisan Dunia dari UNESCO ini terkenal sebagai kota spa sejak zaman dahulu karena memiliki sumber air panas yang kaya mineral. Disebut kapas karena warna batu kapur putih dan bekas aliran air selama ribuan tahun membentuk kolam-kolam yang digunakan sebagai tempat pemandian. Jika dilihat dari atas, area tersebut memang seperti awan, seputih kapas.
Area ini tak jauh dari penginapan Glenn, Yunita, dan Gi. Hanya seperti menyeberang jalan saja, sudah sampai ke situs ini. Ada beberapa tempat wisata lainnya yang bisa dikunjungi di kota ini, misalnya reruntuhan Hierapolis dan Laodikeia yang sangat Instagrammable.
Di kota ini, Glenn dan keluarga mulai melihat orang memakai masker. Pemerintah Turki pun mengumumkan agar warga melakukan pembatasan sosial. Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia pun menyebarkan informasi bahwa penerbangan akan menjadi jauh lebih sedikit. Keputusan untuk langsung membeli tiket pulang terbukti sebuah keputusan yang tepat.
Perjalanan Glenn, Yunita, dan Gi sebenarnya masih jauh dari selesai. Dari Pamukkale, mereka seharusnya menuju ke Kayseri lalu ke tujuan utama, Cappadocia, dan kembali lagi ke Istanbul. Walau demikian, perjalanan ini tetap meninggalkan kesan yang tak akan terlupa. “Baru pertama kali pergi benarbenar tanpa persiapan. Semuanya serba lihat kondisi besok,” ungkap Yunita. Ini membuatnya tidak tenang karena biasanya mereka traveling dengan rencana yang matang dan pasti. Namun trip kali ini, dikatakan Yunita, “Benar-benar seperti naik roller-coaster.”
“Sebenarnya lebih ke beban moral takut jika kita terkena COVID-19 menularkan ke orang lain. Kalau kena sendiri, kan konsekuensi pribadi. Menularkan ke orang itu, bikin degdegan,” itu kata Yunita. Jika dapat berandai-andai pandemi COVID-19 telah berakhir, Glenn ingin kembali ke Cappadocia, mewujudkan rencana naik balon udara yang belum kesampaian. (NTF) Foto: Glenn Prasetya