DEWI berkesempatan menginap di salah satu bale di Buahan, a Banyan Tree Escape, sebuah resor yang berada di Desa Buahan, Payangan, Kabupaten Gianyar, Bali. Uniknya, Banyan Tree Escape ini tak memiliki pintu maupun dinding seperti halnya penginapan konvensional lainnya. Hanya tiga lapis tirai yang menjadi pembatas pandangan langsung ke tengah alam natural yang mengelili setiap balenya.
Banyan Tree Escape menyebutnya sebagai 'naked experience,' pengalaman imersif dengan alam dan budaya setempat, yang tak hanya menenangkan jiwa, tetapi juga memulihkan raga, dan memberi pemahaman baru tentang filosofi tri hita karana yang bijaksana.
Bale tanpa dinding dan pintu
Salah satu daya tarik utama yang membuat Bali begitu digemari untuk dikunjungi yakni keindahan alamnya yang memukau. Tak hanya panorama pantai yang sejak dulu lekat dengan Bali, tetapi juga lanskap perbukitannya nan hijau, dengan energi alamnya yang memulihkan jiwa raga.
Kedekatan dengan alam pula yang menjadi sorotan di Buahan, a Banyan Tree Escape, dengan 16 bale tanpa dinding dan pintu, yang meleburkan batasan antara manusia dengan alam sekitarnya. Meski berkonsep terbuka, lokasi setiap bale menghadap ke arah berbeda dan diatur sedemikian rupa, sehingga jarak antar bale tak mengusik privasi masing-masing penghuni bale.
Pemandangan spektakuler
Seperti namanya, Buahan, a Banyan Tree Escape ini memberikan pengalaman ‘melarikan diri’ dari rutinitas dan keramaian. Anda bisa menyesap kopi pagi hari di teras bale yang menghadap langsung ke arah hijaunya perbukitan. Pemandangan halimun tipis di perbukitan, berpadu dengan suara rintik gerimis alam terbuka, benar-benar menyejukkan jiwa dan memulihkan penatnya pikiran.
Anda juga tak perlu khawatir dengan gangguan nyamuk, sebab setiap bale di Banyan Tree Escape dilengkapi sensor anti nyamuk yang memastikan kenyamanan Anda selama berada di sini. Tiga lapis tirai juga akan memberi perlindungan dari hembusan angin dan hujan selama Anda berada di bale. Ada pula inclinator yang memudahkan mobilitas Anda naik-turun menapaki kawasannya yang berbukit.
Ragam kuliner fermentasi yang eksploratif
Sajian lezat di Banyan Tree Escape menghubungkan penikmatnya dengan cita rasa Bali yang otentik, lewat ragam kuliner eksploratif yang 70% di antaranya adalah makanan berbahan dasar tumbuhan. Chef Eka Sunarya, kurator kuliner di Banyan Tree Escape), dan timnya secara konsisten memanfaatkan bahan pangan setempat dan mengolahnya dengan prinsip zero-waste.
Fermentasi menjadi teknik mengolah bahan makanan yang banyak digunakan Chef Eka dan timnya di Banyan Tree Escape. Selain memperpanjang masa simpan, fermentasi bisa membantu petani setempat agar tak membuang begitu saja hasil panen yang tak terjual atau sudah terlalu matang.
Fermentasi juga memungkinkan Chef Eka untuk bereksplorasi dengan ragam hidangan yang menggugah selera. Ada kombucha yang dibuat dari fermentasi kopi, ada pula bumbu-bumbu pengganti MSG yang dibuat sendiri dari kulit bawang, jamur, jagung, serta bahan lain yang dikeringkan lalu dijadikan bubuk ‘penyedap rasa.’
Imersif dengan budaya setempat
Ragam budaya setempat juga menjadi daya tarik utama yang memikat para wisatawan untuk datang ke Bali. Salah satunya adalah filosofi Tri Hita Karana yang menjadi pedoman hidup masyarakat Bali, yang berarti tiga hal yang mendatangkan kebahagiaan dalam hidup, yakni dengan menjalin hubungan harmonis dengan Tuhan, lingkungan, dan sesama manusia.
Ketiga filosofi tersebut dikemas Banyan Tree Escape dalam tur Tri HIta Karana yang eksklusif, dipandu langsung oleh I Wayan Wardika, penggiat Desa Wisata Taro sekaligus pendiri Tegal Dukuh Camp di Payangan. Anda akan diajak napak tilas ke Pura Sabang Daat di Desa Taro, yang jadi tempat pertapaan pertama Resi Markandya di Bali. Resi Markandeya berasal dari India, menyebarkan agama Hindu dari Jawa ke Pulau Dewata dengan melakukan perjalanan dari Gunung Dieng, melewati Gunung Raung, dan terus berjalan ke Timur menuju Bali.
Anda juga akan diajak menjalin hubungan dengan alam melalui hiking pendek ke Tegal Dukuh, titik akhir perjalanan sekaligus tempat untuk makan siang di tengah suasana hutan yang teduh. Di sini pula keakraban dengan rekan perjalanan Anda akan terbangun, melengkapi filosofi Tri Hita Karana nan bijaksana.
MARDYANA ULVA
Foto: Banyan Tree