Mengetahui Lebih Dalam Sikap Positif Diri yang Sesungguhnya bersama Intan Erlita
Simak wawancara Intan Erlita bersama dewi tentang sikap positif riasan diri sesungguhnya yang berada di dalam bukunya Minder, done That!
16 Jun 2017



Intan Erlita
mengawali karier sebagai presenter dan model. Wanita yang pernah menyandang Juara II Pemilihan Wajah Femina 1999 ini kini menekuni profesi sebagai psikolog anak dan pendidikan. Ia juga menjadi pengajar di Talkinc dan sebagai fasilitator di Rumah Perubahan Rhenald Kasali. Lulusan Ilmu Psikologi Universitas Persada Indonesia YAI Jakarta dan ibu empat orang anak yang turut menulis buku “Minder, Done That!” bersama Aline Adita, Nadia Mulya, dan Rahmah Umayya.
 
Seperti apa kisah Anda mengenai rasa minder?
Punya tubuh berukuran tinggi bukan membuat saya senang. Saya justru merasa risih. Saat sekolah dasar, saya suka membungkukkan badan supaya tidak diperhatikan orang-orang. Ejekan teman-teman sekolah semakin membuat saya merasa rendah diri. Kondisi itu terjadi sampai kelas 6 SD. Ketika SMP, saya ikut ekstrakurikuler basket dan paskibraka. Dua kegiatan yang menyadari saya bahwa punya tubuh tinggi adalah suatu kelebihan.
 
Rasa rendah diri dan takut diejek bikin saya jadi tidak mau bergaul. Saya lebih memilih konsentrasi belajar dan sibuk dengan kegiatan paskibraka. Semakin saya belajar dan sibuk paskibraka, saya mulai belajar acuh dengan semua perkataan buruk tentang saya. Saat terpilih menjadi ketua OSIS SMA Al Azhar Jakarta, saya belajar hal penting. Bahwa kita bisa dinilai selain dari penampilan. Tidak hanya urusan fisik, wanita juga bisa dilihat dari kecerdasannya, kepribadiannya, dan jiwa kepemimpinannya.
 
Bagaimana Anda melalui dan mengatasinya?
Lulus SMA, ibu mendaftarkan saya ikut pemilihan Wajah Femina tahun 1999. Masuk ke dunia di mana fisik adalah segalanya, saya kembali diserang rasa minder. Saat karantina, saya mengikuti kelas kepribadian, belajar public speaking, ikut banyak pelatihan modeling. Kala itu mas Ari Tulang menyemangati saya sambil mengajarkan cara berdiri dan berjalan dengan sepatu hak tinggi. Pada malam penjurian, juri mengumumkan saya adalah pemenang juara kedua. Di hari itu saya berpikir. Jika orang lain percaya dengan diri saya, mengapa saya justru meragukannya?
 
Apakah Anda juga melakukan perawatan wajah dan fisik untuk mengatasi minder?
Sehari-hari saya merasa cukup dengan cuci muka dan memakai sunblock. Saya tidak suka memakai bedak. Hanya cukup gunakan blush on supaya tidak terlihat pucat. Kemudian pakai pensil alis, eyeliner, dan lipstick warna nude. Sejak memakai hijab, saya berusaha rutin creambath dan memakai hair tonic. Untuk gerak tubuhnya, saya berusaha konsisten untuk jalan pagi selama 30-45 menit setiap hari. Tidak ada diet makanan, hanya berusaha mengurangi konsumsi minuman manis.
 
Apa yang ingin disampaikan melalui buku Minder, Done That?
Buku “Minder, Done That!” merupakan kisah kami berempat yang kami ceritakan dan kami berharap buku ini menginspirasi banyak orang bahwa setiap manusia telah dilahirkan sempurna. Yang terpenting bagaimana kita semua memusatkan pikiran pada kelebihan dibanding kekurangan. Sebab jika kita selalu menyimpan energi positif, maka kecantikan itu semakin jelas terlihat. (RR) Foto: Yohan Liliyani
 

 

Author

DEWI INDONESIA