Sepuluh tahun tentu bukan perjalanan yang sebentar sebuah brand. Tak luput pula brand RiaMiranda. Mempertahankan konsitsensi komersial selagi menyeimbangkannya dengan idealisme Ria sebagai pengarah kreatif tentu bukan perkara mudah. Maka tak pelak jika satu dekade perjalanan brand-nya itu pun dirayakan dengan cara istimewa.
Perayaannya diselenggarakan dua hari, pada 28 dan 29 November 2019. Yang pertama disebut ialah gelaran yang ia persembahkan khusus untuk komunitas setianya, RiaMiranda Loyal Community (RLMC) dari seluruh Indonesia. Baru pada hari kedua ia menyelenggarakan peragaan busana tahunannya yang ke-7, Ria Miranda Annual Show 2020.
Peragaan busana tahunan RiaMiranda tak pernah main-main. Pun dilihat dari skala, selalu membesar dari tahun ke tahun. Tahun ini, Ria tidak hanya mempersembahkan satu peragaan busana, tetapi dua.
Sesi pertama peragaan busananya menampilkan empat koleksi siap pakai yang ia garap, termasuk pula hasil kolaborasi dengan Tokopedia dan Disney Indonesia. Keempatnya ialah “Mimosa”, “Ria Miranda x Disney”, “Serunai”, dan “Wastra”. Untuk peragaan yang pertama ini, Ria merancang peragaan busana yang lebih menghibur. Baru kemudian pada sesi kedua ia menampilkan koleksi yang lebih “serius” lewat lini RiaMiranda Signature.
Tentang Aspirasi dan Citra Diri
Memasuki area peragaan busana tahunan RiaMiranda di The Hall Senayan City, Anda akan menyadari bahwa brand ini bukan lagi semata tentang pakaian bagi perempuan muslim, melainkan tentang gaya hidup. Ria sendiri mengonfirmasinya pada sambutannya sebelum peragaan busana sesi kedua bertajuk “Bias” dimulai, “Setelah 10 tahun melangkah, saya ingin brand ini juga menjadi gaya hidup,” katanya sembari tersenyum manis di bawah sorotan lampu runway.
Ria bersama sang suami, Pandu Rosadi, memang kemudian mengembangkan brand-nya ke berbagai lini. Dan Anda bisa melihatnya di seantero area The Hall. Mulai dari RiaMiranda Lifestyle yang menjajakan ragam aksesori, RiaMiranda Living yang menawarkan ragam produk wellness, berbagai pakaian anak dari Luna Kids by RiaMiranda, hingga suguhan kopi dan kue dari Cafe Miranda.
Ria tentu bukan yang pertama, dan pasti bukan yang terakhir, menjajal pengembangan fashion brand menjadi brand gaya hidup. Namun, apa yang membuatnya mampu bertahan hingga satu dekade dan mengumpulkan konsumen-konsumen yang begitu loyal? Salah satunya adalah bagaimana Ria Miranda sebagai individu dengan segala citranya telah menjadi satu ikon perempuan muslim yang taat nan modern. RiaMiranda sebagai sebuah brand lalu hadir sebagai jawaban bagi banyak perempuan muslim lainnya yang beraspirasi menjadi perempuan muslim yang taat, santun, nan modern, layaknya seorang Ria Miranda.
Lewat berbagai brand-nya ini Ria seakan berkata “Jika Anda ingin menjadi saya, begini caranya.” Seluruhnya memang nampak senada dan sejalan dengan citra Ria Miranda sebagai individu. Warna-warna lembut dengan desain yang feminin menjadi elemen utama pada seluruh brand-nya. Produk dari brand RiaMiranda seakan langsung bisa membuat Anda menjadi menantu idaman para ibu-ibu kelas menengah atas yang mulai sering datang ke pengajian.
Ini bukan fenomena baru. Ariel Heryanto pernah mengkajinya secara mendalam lewat buku Identitas dan Kenikmatan (2015). Dalam buku itu ia menjelaskan bagaimana kebanyakan masyarakat urban Indonesia berusaha menyeimbangkan tiga hal: menjadi muslim taat yang berpegang pada landasan moral agama, menjadi warga negara yang terhormat dan bertanggung jawab, sekaligus menjadi anggota komunitas produksi dan konsumsi global.
Di buku itu Ariel mengambil contoh film Ayat-ayat Cinta yang mampu menjadi jawaban atas aspirasi kebanyakan masyarakat muslim urban di Indonesia. Bagaimana sosok Fahri (Fedi Nuril), tokoh utama dalam film itu mampu menjadi ikon sosok muslim modern nan intelektual yang tetap taat dan bertakwa pada ajaran serta moralitas agama. Narasi yang menjadi jalan tengah di antara citra Islam militan dan kelompok muslim tradisional.
Setali tiga uang, begitu pula citra Ria Miranda sebagai individu menjadi representasi perempuan muslim modern yang menawarkan jalan tengah di antara citra perempuan muslim radikal dan perempuan yang dinilai “liberal” dan pemberontak. Dan dengan modal tersebut, brand RiaMiranda serta produk-produknya menawarkan jawaban langsung atas pertanyaan bagaimana menggapai aspirasi itu. Menjadikan RiaMiranda bukan hanya tentang fashion, tetapi juga aspirasi dan citra diri masyarakat muslim urban Indonesia. (SIR). Foto: Ria Miranda/Studio One
Perayaannya diselenggarakan dua hari, pada 28 dan 29 November 2019. Yang pertama disebut ialah gelaran yang ia persembahkan khusus untuk komunitas setianya, RiaMiranda Loyal Community (RLMC) dari seluruh Indonesia. Baru pada hari kedua ia menyelenggarakan peragaan busana tahunannya yang ke-7, Ria Miranda Annual Show 2020.
Peragaan busana tahunan RiaMiranda tak pernah main-main. Pun dilihat dari skala, selalu membesar dari tahun ke tahun. Tahun ini, Ria tidak hanya mempersembahkan satu peragaan busana, tetapi dua.
Sesi pertama peragaan busananya menampilkan empat koleksi siap pakai yang ia garap, termasuk pula hasil kolaborasi dengan Tokopedia dan Disney Indonesia. Keempatnya ialah “Mimosa”, “Ria Miranda x Disney”, “Serunai”, dan “Wastra”. Untuk peragaan yang pertama ini, Ria merancang peragaan busana yang lebih menghibur. Baru kemudian pada sesi kedua ia menampilkan koleksi yang lebih “serius” lewat lini RiaMiranda Signature.
Tentang Aspirasi dan Citra Diri
Memasuki area peragaan busana tahunan RiaMiranda di The Hall Senayan City, Anda akan menyadari bahwa brand ini bukan lagi semata tentang pakaian bagi perempuan muslim, melainkan tentang gaya hidup. Ria sendiri mengonfirmasinya pada sambutannya sebelum peragaan busana sesi kedua bertajuk “Bias” dimulai, “Setelah 10 tahun melangkah, saya ingin brand ini juga menjadi gaya hidup,” katanya sembari tersenyum manis di bawah sorotan lampu runway.
Ria bersama sang suami, Pandu Rosadi, memang kemudian mengembangkan brand-nya ke berbagai lini. Dan Anda bisa melihatnya di seantero area The Hall. Mulai dari RiaMiranda Lifestyle yang menjajakan ragam aksesori, RiaMiranda Living yang menawarkan ragam produk wellness, berbagai pakaian anak dari Luna Kids by RiaMiranda, hingga suguhan kopi dan kue dari Cafe Miranda.
Ria tentu bukan yang pertama, dan pasti bukan yang terakhir, menjajal pengembangan fashion brand menjadi brand gaya hidup. Namun, apa yang membuatnya mampu bertahan hingga satu dekade dan mengumpulkan konsumen-konsumen yang begitu loyal? Salah satunya adalah bagaimana Ria Miranda sebagai individu dengan segala citranya telah menjadi satu ikon perempuan muslim yang taat nan modern. RiaMiranda sebagai sebuah brand lalu hadir sebagai jawaban bagi banyak perempuan muslim lainnya yang beraspirasi menjadi perempuan muslim yang taat, santun, nan modern, layaknya seorang Ria Miranda.
Lewat berbagai brand-nya ini Ria seakan berkata “Jika Anda ingin menjadi saya, begini caranya.” Seluruhnya memang nampak senada dan sejalan dengan citra Ria Miranda sebagai individu. Warna-warna lembut dengan desain yang feminin menjadi elemen utama pada seluruh brand-nya. Produk dari brand RiaMiranda seakan langsung bisa membuat Anda menjadi menantu idaman para ibu-ibu kelas menengah atas yang mulai sering datang ke pengajian.
Ini bukan fenomena baru. Ariel Heryanto pernah mengkajinya secara mendalam lewat buku Identitas dan Kenikmatan (2015). Dalam buku itu ia menjelaskan bagaimana kebanyakan masyarakat urban Indonesia berusaha menyeimbangkan tiga hal: menjadi muslim taat yang berpegang pada landasan moral agama, menjadi warga negara yang terhormat dan bertanggung jawab, sekaligus menjadi anggota komunitas produksi dan konsumsi global.
Di buku itu Ariel mengambil contoh film Ayat-ayat Cinta yang mampu menjadi jawaban atas aspirasi kebanyakan masyarakat muslim urban di Indonesia. Bagaimana sosok Fahri (Fedi Nuril), tokoh utama dalam film itu mampu menjadi ikon sosok muslim modern nan intelektual yang tetap taat dan bertakwa pada ajaran serta moralitas agama. Narasi yang menjadi jalan tengah di antara citra Islam militan dan kelompok muslim tradisional.
Setali tiga uang, begitu pula citra Ria Miranda sebagai individu menjadi representasi perempuan muslim modern yang menawarkan jalan tengah di antara citra perempuan muslim radikal dan perempuan yang dinilai “liberal” dan pemberontak. Dan dengan modal tersebut, brand RiaMiranda serta produk-produknya menawarkan jawaban langsung atas pertanyaan bagaimana menggapai aspirasi itu. Menjadikan RiaMiranda bukan hanya tentang fashion, tetapi juga aspirasi dan citra diri masyarakat muslim urban Indonesia. (SIR). Foto: Ria Miranda/Studio One