Potret Wanita Tangguh di Koleksi Lansiran Rumah Mode Louis Vuitton Musim Gugur/Dingin 2016
Kecintaan Nicolas Ghesquiere sang direktur kreatif di rumah mode Louis Vuitton terhadap potret wanita ‘superhero’ kembali dituangkan di koleksi nya musim ini.
22 Sep 2016


1 / 4
Preferensi personal akan sebuah karya, atraktifnya sebuah tampilan, dan cara merumuskan arahan desain busana untuk sebuah koleksi merupakan hasil dari kompilasi pengalaman, memori, sensasi, dan perasaan yang tersimpan dalam sepanjang kurun waktu. Nicolas Ghesquiére nampak masih terpesona pada sosok wanita superhero di Series 4 dan memutuskan untuk membawa figur tersebut kembali ke musim gugur/dingin 2016. Ia juga tak ingin memilih satu masa yang menjadi poros inspirasinya dalam berkarya, justru membiarkan dirinya berpetualang ke aneka dimensi waktu. Dan meredefinisi kreasi masa lampau mengikuti selera kini. Tengok saja panggung peragaan busana Louis Vuitton di gelaran Paris Fashion Week lampau yang Ghesquiére beri tajuk “arkelogi masa depan”.
Terdengar kontradiktif memang, namun sejatinya itulah proposisinya. Permainan dulu, sekarang, dan masa depan. Permainan dulu, sekarang, dan masa depan. 
Kini karakter wanita super yang memukau Ghesquiére adalah ia yang selalu bergerak dan elegansi justru tercipta dari liukan tubuhnya yang dinamis. Sang direktur kreatif memilih sejarah masa lampau Louis Vuitton yang tetap terlihat relevan di masa sekarang, dalam bentuk busana yang mengombinasikan siluet dan detail yang telah terbukti “klasik” dengan imbuhan atletis dari seorang pengembara sejati.
Kini karakter wanita super yang memukau Ghesquiére adalah ia yang selalu bergerak dan elegansi justru tercipta dari liukan tubuhnya yang dinamis. Sang direktur kreatif memilih sejarah masa lampau Louis Vuitton yang tetap terlihat relevan di masa sekarang, dalam bentuk busana yang mengombinasikan siluet dan detail yang telah terbukti “klasik” dengan imbuhan atletis dari seorang pengembara sejati.Tak melulu bermain-main dengan eksperimen padu padan,  Ghesquiére juga menampilkan apa yang menjadi kekuatan utamanya; menggubah siluet. Percaya pada garis minimal akan tampak maksimal dengan penggunaan bahan yang tepat dapat dilihat pada kreasi jaket Mikado shaped  yang arsitektural berhias deretan ritsleting yang futuristis. Berliuk di bagian pinggang lalu melebar di pinggul, tepat digunakan bagi wanita bertubuh boyish yang garis pinggangnya tak lantang terdefinisi. Berpadanan dengan celana trompe-l’œil yang khas dengan potongan longgar di atas menyerupai rok sebelum akhirnya menyempit di bagian pipa celana.
Sementara itu, untuk wanita yang tak ingin berkompromi dengan persepsi feminin, Ghesquiére menawarkan terusan yang dieksekusi dari bahan yang disebut foulard. Lazim digunakan sebagai syal atau necktie, foulard merupakan bahan ringan melayang yang dapat ditenun dengan teknik twill (diagonal) atau plain (polos) dari benang sutra atau campuran sutra dan katun. Oleh Ghesquiére, foulard  ia tenun dengan teknik twill untuk menghasilkan tekstur yang subtil, lalu ia imbuhkan motif dan dijahit menjadi gaun ala t-shirt longgar dengan detail asimetris di bagian bawah gaun. Sambungan antara bagian-bagian tertentu juga dimodernisasi dengan sematan staples alias metal tipis serupa alat tulis perekat kertas.     
Tetap konsisten dengan bentuk ala t-shirt yang identik dengan lengan longgar, tampilan yang lebih mewah diwakilkan oleh gaun asimetris beraneka tekstur yang eksperimental. Kulit dan foulard bertemu di persimpangan dengan kain transparan berbordir bulu mohair dan bertabur manik-manik.  Eksistensi kostum superhero muncul dari siluet korset pendek yang dilengkapi dengan sarung tangan ekstra panjang dari kulit. Sekilas mengingatkan akan kostum yang dikenakan oleh Wonder Woman.
rmal'>U? l/?/?j? menghasilkan tekstur yang subtil, lalu ia imbuhkan motif dan dijahit menjadi gaun ala t-shirt longgar dengan detail asimetris di bagian bawah gaun. Sambungan antara bagian-bagian tertentu juga dimodernisasi dengan sematan staples alias metal tipis serupa alat tulis perekat kertas.     
Memasuki dua musim terakhir di penghujung tahun yang identik dengan cuaca dingin pada belahan bumi utara tentu harus ditemani dengan rangkaian busana yang efektif menciptakan kehangatan seketika. Teknik rajut terdepan diakomodasi untuk menciptakan tak hanya material yang hangat, namun juga dengan elastisitas yang tepat membalut tubuh dengan cetak motif yang ekspresif. Penampang metal yang berfungsi sebagai proteksi bagi sang jagoan bersalin rupa menjadi motif panel berwarna terang dan monokromatis berwujud gaun. Impian untuk mengenakan kostum pahlawan pujaan menjadi kian masuk akal. Tak hanya berwujud gaun, teknik rajut juga berhasil mencampur wol mohair menjadi kardigan ekstra hangat dalam balutan color blocking yang dinamis. Luaran ini juga terlihat semakin atraktif berkat pemakaian celana kulit pipa lurus sebagai paduan.  (CA) Foto: Dok. Louis Vuitton

                                                                                                                                                                                                                                       

 

Author

DEWI INDONESIA