Alunan nada-nada dramatis dari belasan pemain biola saling beradu mengisi ruangan yang kian temaram. Kala musik mencapai puncaknya, model pertama masuk membuka peragaan aksesori “Aku, Untukmu Indonesia” oleh Rinaldy Yunardi.
Aksesori pertama yang muncul di atas runway itu terinspirasi dari pintu Aceh. Diikuti dengan 34 aksesori lainnya yang juga membawa ciri khas dari tiap-tiap provinsi di Indonesia. Hal ini ia lakukan sebagai upayanya untuk melestarikan kebudayaan Indonesia yang amat beragam.
“Kita harus banyak menggali dan memberikan arti,” kata Rinaldy Yunardi tentang prosesnya dalam mengerjakan koleksi ini pada sesi konferensi pers di Hotel Harris Kelapa Gading, 21 Agustus 2019.
Meski demikian, Rinaldy mengakui ada kesulitan tersendiri dalam menggarap koleksi ini. Ia yang biasanya berkhayal bebas, kini mesti membuat koleksi dengan tema khusus: Indonesia. Ia pun akhirnya menghabiskan waktu satu tahun melakukan riset untuk mengembangkan koleksi ini.
“Ini kesempatan yang cukup menantang untuk saya, terutama dalam hal riset untuk mengembangkan aksesori khas Indonesia. Sebab informasi yang tersedia amat terbatas,” jelas Rinaldy.
Minimnya literatur tentang aksesoris non-bridal tradisional Indonesia akhirnya membuat ia menggali lebih dalam tentang esensi-esensi budaya di tiap provinsi di Indonesia. Dari situ ia lalu mencoba menerjemahkan ikon-ikon kebudayaan tersebut dalam bentuk aksesori avant-garde khas Rinaldy Yunardi.
“Saya mencari foto-foto lama dan sebanyak mungkin literature. Di sini saya berusaha membedakan khas dari tiap daerah yang mungkin sebetulnya saling mempengaruhi,” lanjut Rinaldy.
Tak hanya pintu Aceh. Kujang Sunda, rumah gadang, topeng Betawi, motif batik, kapal pinisi, hingga arsitektur rumah Dayak dengan pengaruh budaya Islam pun turut menjadi inspirasinya dalam menggarap koleksinya ini.
Tak cukup dengan 34 aksesori yang mewakili ikon-ikon kebudayaan tiap provinsi, Rinaldy juga mempersembahkan satu aksesori pamungkas bernama “Ibu Pertiwi”. Aksesori berupa headpiece warna emas itu berbentuk layaknya matahari dengan detil ukiran rumit yang membawa sedikit khas dari masing-masing daerah di Indonesia.
Demikianlah usaha Rinaldy Yunardi dalam menerjemahkan berbagai kebudayaan Indonesia dalam bentuk-bentuk baru yang mungkin tak terbayangkan sebelumnya. “Indonesia itu tidak kuno, kita bisa menampilkan Indonesia dan membuatnya modern,” tutup Rinaldy.
Kesuksesaan peragaan aksesori ini, Rinaldy Yunardi juga didukung oleh Agus Lim yang membantunya membuatkan kostum setelan jas para model, Thang Shoes, dan PAC Beauty Consultant for Rinaldy Yunardi yang dikepalai Donny Liem (Teks: SIR/Foto: Jakarta Fashion & Food Festival.)
Aksesori pertama yang muncul di atas runway itu terinspirasi dari pintu Aceh. Diikuti dengan 34 aksesori lainnya yang juga membawa ciri khas dari tiap-tiap provinsi di Indonesia. Hal ini ia lakukan sebagai upayanya untuk melestarikan kebudayaan Indonesia yang amat beragam.
“Kita harus banyak menggali dan memberikan arti,” kata Rinaldy Yunardi tentang prosesnya dalam mengerjakan koleksi ini pada sesi konferensi pers di Hotel Harris Kelapa Gading, 21 Agustus 2019.
Meski demikian, Rinaldy mengakui ada kesulitan tersendiri dalam menggarap koleksi ini. Ia yang biasanya berkhayal bebas, kini mesti membuat koleksi dengan tema khusus: Indonesia. Ia pun akhirnya menghabiskan waktu satu tahun melakukan riset untuk mengembangkan koleksi ini.
“Ini kesempatan yang cukup menantang untuk saya, terutama dalam hal riset untuk mengembangkan aksesori khas Indonesia. Sebab informasi yang tersedia amat terbatas,” jelas Rinaldy.
Minimnya literatur tentang aksesoris non-bridal tradisional Indonesia akhirnya membuat ia menggali lebih dalam tentang esensi-esensi budaya di tiap provinsi di Indonesia. Dari situ ia lalu mencoba menerjemahkan ikon-ikon kebudayaan tersebut dalam bentuk aksesori avant-garde khas Rinaldy Yunardi.
“Saya mencari foto-foto lama dan sebanyak mungkin literature. Di sini saya berusaha membedakan khas dari tiap daerah yang mungkin sebetulnya saling mempengaruhi,” lanjut Rinaldy.
Tak hanya pintu Aceh. Kujang Sunda, rumah gadang, topeng Betawi, motif batik, kapal pinisi, hingga arsitektur rumah Dayak dengan pengaruh budaya Islam pun turut menjadi inspirasinya dalam menggarap koleksinya ini.
Tak cukup dengan 34 aksesori yang mewakili ikon-ikon kebudayaan tiap provinsi, Rinaldy juga mempersembahkan satu aksesori pamungkas bernama “Ibu Pertiwi”. Aksesori berupa headpiece warna emas itu berbentuk layaknya matahari dengan detil ukiran rumit yang membawa sedikit khas dari masing-masing daerah di Indonesia.
Demikianlah usaha Rinaldy Yunardi dalam menerjemahkan berbagai kebudayaan Indonesia dalam bentuk-bentuk baru yang mungkin tak terbayangkan sebelumnya. “Indonesia itu tidak kuno, kita bisa menampilkan Indonesia dan membuatnya modern,” tutup Rinaldy.
Kesuksesaan peragaan aksesori ini, Rinaldy Yunardi juga didukung oleh Agus Lim yang membantunya membuatkan kostum setelan jas para model, Thang Shoes, dan PAC Beauty Consultant for Rinaldy Yunardi yang dikepalai Donny Liem (Teks: SIR/Foto: Jakarta Fashion & Food Festival.)