Membahasakan kultur Gorontalo secara garis besar dapat disematkan sebagai tema pada koleksi Hulontalo dari hasil kolaborasi mahasiswa Binus Northumbria School of Design. Meraga di Jakarta Fashion Week, Hulontalo menghadirkan interpretasi atas kultur budaya tradisional yang telah melewati tahap modernisasi.
Daha, inisiasi Azizah Aninda dan Janyfer Kwik, menghadirkan kisah dari pergerakan komunitas di Gorontalo yang membentuk masyarakatnya sekarang ini. Kehadiran corak-corak yang diadaptasi dari kain tradisional Gorontalo. Daha menerjemahkannya menjadi sebuah dress modern siap pakai.
Dominan warna pekat hijau tua dan kuning, penyisipan motif juga dilakukan pada potongan-potongan pada baju bagian bawah. Unsur Gorontalonya sendiri justru diaplikasikan dalam potongan tersebut. Pun, paduan transisi warna dan detail yang dihadirkan oleh Daha juga terinspirasi dari bentuk interior masjid Hunton Sultan Amay di Gorontalo.
Sedikit berbeda, interpretasi Vein pada kultur direksi Gorontalo yang dihadirkan dengan salah satu detail mempesona dari mutiara yang dirajut menutup sekujur pakaian. "Semua unsur kehidupan di Gorontalo saling berkesinambungan dengan pembuluh darah, yang juga membawa mereka untuk memulai sesuatu," tulis mereka dalam catatan koleksinya.
Dengan unsur bayang-bayang yang feminin dan keeksotisan provinsi yang digambarkan lebih dalam lagi, Vein menghadirkan warna merah pekat dan kombinasi putih yang paripurna.
Ayla dan Nadya, dapat secara jeli, memperhatikan detail yang begitu banyak mengadopsi barisan mutiara dan permata sebagai peran utama koleksi. Paduan ragam warna dalam kombinasi merah, putih, dan biru tua ini—membawa Vein menjadi salah satu yang bersinar dalam koleksi Hulontalo.
Ditutup dengan Daily Weird, modernisasi dalam sebuah pengamatan anak muda yang menjajal kultur Gorontalo. Mengadaptasi pakaian nelayan ikan, warna-warna terang menjadi komponen utama yang membawa sisipan profesi sebagai inspirasi utama.
"Motif dalam koleksi juga melambangkan keindahan dari landskap dan alam dari Gorontalo," tulis Daily Weird untuk koleksinya kali ini. Unsur keanehan dan pelik terlihat dalam koleksinya, meski disandingkan dengan suasana kelakar dan kontemporer juga menjadi pelengkap.
Maharani dan Stefani, inisiator Daily Weird, dapat membawa sebuah profesi yakni nelayan ikan menjadi sebuah jajaran koleksi interpretasi dari kultur Gorontalo yang sangat menarik. (FH)
Daha, inisiasi Azizah Aninda dan Janyfer Kwik, menghadirkan kisah dari pergerakan komunitas di Gorontalo yang membentuk masyarakatnya sekarang ini. Kehadiran corak-corak yang diadaptasi dari kain tradisional Gorontalo. Daha menerjemahkannya menjadi sebuah dress modern siap pakai.
Dominan warna pekat hijau tua dan kuning, penyisipan motif juga dilakukan pada potongan-potongan pada baju bagian bawah. Unsur Gorontalonya sendiri justru diaplikasikan dalam potongan tersebut. Pun, paduan transisi warna dan detail yang dihadirkan oleh Daha juga terinspirasi dari bentuk interior masjid Hunton Sultan Amay di Gorontalo.
Sedikit berbeda, interpretasi Vein pada kultur direksi Gorontalo yang dihadirkan dengan salah satu detail mempesona dari mutiara yang dirajut menutup sekujur pakaian. "Semua unsur kehidupan di Gorontalo saling berkesinambungan dengan pembuluh darah, yang juga membawa mereka untuk memulai sesuatu," tulis mereka dalam catatan koleksinya.
Dengan unsur bayang-bayang yang feminin dan keeksotisan provinsi yang digambarkan lebih dalam lagi, Vein menghadirkan warna merah pekat dan kombinasi putih yang paripurna.
Ayla dan Nadya, dapat secara jeli, memperhatikan detail yang begitu banyak mengadopsi barisan mutiara dan permata sebagai peran utama koleksi. Paduan ragam warna dalam kombinasi merah, putih, dan biru tua ini—membawa Vein menjadi salah satu yang bersinar dalam koleksi Hulontalo.
Ditutup dengan Daily Weird, modernisasi dalam sebuah pengamatan anak muda yang menjajal kultur Gorontalo. Mengadaptasi pakaian nelayan ikan, warna-warna terang menjadi komponen utama yang membawa sisipan profesi sebagai inspirasi utama.
"Motif dalam koleksi juga melambangkan keindahan dari landskap dan alam dari Gorontalo," tulis Daily Weird untuk koleksinya kali ini. Unsur keanehan dan pelik terlihat dalam koleksinya, meski disandingkan dengan suasana kelakar dan kontemporer juga menjadi pelengkap.
Maharani dan Stefani, inisiator Daily Weird, dapat membawa sebuah profesi yakni nelayan ikan menjadi sebuah jajaran koleksi interpretasi dari kultur Gorontalo yang sangat menarik. (FH)