Kolaborasi Serat Rayon Lokal di Bali Fashion Trend 2020
Rayon merupakan salah satu tekstil yang banyak diproduksi di Indonesia. Sayangnya, banyak rayon yang diproduksi dari bahan baku impor. Kehadiran produsen serat rayon yang seluruhnya produksi Indonesia menjadi pencerah.
13 Nov 2019


Enny Ming
6 / 7

Di tangan Sav Lavin, teknik jumputan diolah menjadi pakaian ready to wear dengan siluet kontemporer. Desainer muda anggota Indonesia Fashion Chamber (IFC) ini menampilkan karyanya dalam Bali Fashion Trend 2020. Yang membedakan jumputan yang digunakan oleh Sav Lavin kali ini adalah asal usul materialnya. “Ini merupakan bahan viscose yang seluruhnya dibuat di Indonesia,” kata Sav Lavin usai memperagakan koleksinya di Hotel Putri Inaya Bali, Kamis, 7 November 2019.

Viscose atau yang lebih dikenal dengan rayon, merupakan salah satu bahan yang diproduksi oleh industri tekstil Indonesia. Indonesia, saat ini diperkirakan memasok sekitar 11 persen kebutuhan rayon dunia, meningkat dari sekitar 3 persen pada 2004. “Kami bercita-cita untuk meningkatkan kapasitas produksi rayon lebih besar lagi untuk memberikan pasokan lebih banyak bagi dunia,” kata Direktur Asia Pacific Rayon, Basrie Kamba.

Saat ini, APR sudah sukses memproduksi serat rayon dan mengubahnya menjadi benang. Berasal dari kayu pohon akasia yang kemudian diolah menjadi bubur kertas, produksi rayon memiliki rantai panjang riset.

Dalam ajang Bali Fashion Trend 2019 gagasan dari IFC, APR merupakan salah satu sponsor utama. Bekerjasama dengan Sav Lavin dan Enny Ming, APR ingin menunjukkan kalau rayon kini sudah bisa diproduksi secara menyeluruh dari hulu ke hilir di Indonesia.

APR merupakan pemain baru dalam produksi rayon. Terafiliasi dengan raksasa produsen kertas, sawit, konstruksi dan energi, Raja Garuda Emas, APR bercita-cita ingin menghubungkan industri tekstil dengan mode. Bergerilya mendukung aktivitas asosiasi desainer merupakan salah satu kegiatan yang dikerjakan selama sembilan bulan terakhir sejak perusahaan ini meluncur pada akhir 2018.

Bagi Sav Lavin dan Enny Ming, mengolah bahan rayon menjadi tantangan tersendiri. “Bahan ini punya karakteristik yang cenderung jatuh, sedangkan saya secara desain punya karakter yang edgy. Cukup sulit untuk mengawinkan keduanya,” kata Enny yang berbasis di Bali.

Untuk menyiasati karakter material ini, Enny memberikan aplikasi tambahan berupa tali yang memberikan sentuhan yang sedikit unik. Sav Lavin, yang sebelumnya sudah pernah mengelola bahan dengan karakter serupa berupaya untuk mengawinkan karakter itu dengan padu padan. Hasilnya merupakan koleksi bersiluet feminin bagi wanita modern yang tak ingin lupa tradisi. (Subkhan J. Hakim) Foto: IFC

 

Author

DEWI INDONESIA