Berangkat dari kesedihan Chitra Subyakto akan lingkungan dan darurat bumi, koleksi "Daur" adalah ekspresi dan jawaban dari label Sejauh Mata Memandang terkait isu tersebut.
Tak henti-henti menyuarakan sampah dan stop penggunaan plastik, Chitra dalam koleksinya kali ini menghadirkan hasil daur ulang dari sisa kain-kain yang tidak terpakai dari koleksi-koleksi sebelumnya. Maka, kita tidak asing dengan pola dan kain Sejauh.
Dengan teknik upcycling, kehadiran olahan kain katun ala Sejauh masih teridentifikasi secara kuat. Banyak di antara kain-kain yang telah digunakan, juga disambung dengan kain lainnya membentuk sebuah pola yang esensial.
Peragaan dari Daur tidak membuat kita bosan dengan penggunaan kain yang sudah pernah dipresentasikan. Namun, kehadiran padu padan yang lain dan pesan yang besar, membuat Sejauh unggul dalam menyuarakan makna dari koleksinya.
Pada beberapa tas dan jaket yang dibuat, juga menyelipkan konsen terhadap climate change yang sedang digalakkan beberapa tahun belakangan. Bertuliskan "Menolak Punah", "Darurat Iklim", hingga "Cinta Bumi".
Secara vokal, presentasi peragaan dalam Pesona Sisterhood Runway ini juga menjadi ajang kampanye yang sangat diperlukan, yaitu mengetahui kalau sampah terbesar nomor dua di dunia datang dari industri fesyen.
Koleksi ini didominasi oleh warna oranye khas Sejauh, yang fleksibel dipadankan dengan ragam warna lain, seperti merah pekat, biru laut, hingga putih. Daur juga tetap setia pada karakter utamanya sebagai jenama yang menyediakan pakaian yang dengan mudah bisa dipadankan dengan pakaian lain serta kemungkinan tata gaya yang tidak terduga banyaknya.
Sejauh juga tetap setia mengangkat unsur siluet Indonesia dalam kacamata kontemporer yang cocok dengan keadaan alam negeri ini. Terlepas dari perdebatan koleksi ini terlalu naif atau tidak, Sejauh lagi-lagi berhasil menyuguhkan alternatif pakaian yang bisa dimiliki oleh seluruh orang Indonesia sebagai bagian dari household yang bisa diwariskan hingga generasi ke depan. (FH)
Tak henti-henti menyuarakan sampah dan stop penggunaan plastik, Chitra dalam koleksinya kali ini menghadirkan hasil daur ulang dari sisa kain-kain yang tidak terpakai dari koleksi-koleksi sebelumnya. Maka, kita tidak asing dengan pola dan kain Sejauh.
Dengan teknik upcycling, kehadiran olahan kain katun ala Sejauh masih teridentifikasi secara kuat. Banyak di antara kain-kain yang telah digunakan, juga disambung dengan kain lainnya membentuk sebuah pola yang esensial.
Peragaan dari Daur tidak membuat kita bosan dengan penggunaan kain yang sudah pernah dipresentasikan. Namun, kehadiran padu padan yang lain dan pesan yang besar, membuat Sejauh unggul dalam menyuarakan makna dari koleksinya.
Pada beberapa tas dan jaket yang dibuat, juga menyelipkan konsen terhadap climate change yang sedang digalakkan beberapa tahun belakangan. Bertuliskan "Menolak Punah", "Darurat Iklim", hingga "Cinta Bumi".
Secara vokal, presentasi peragaan dalam Pesona Sisterhood Runway ini juga menjadi ajang kampanye yang sangat diperlukan, yaitu mengetahui kalau sampah terbesar nomor dua di dunia datang dari industri fesyen.
Koleksi ini didominasi oleh warna oranye khas Sejauh, yang fleksibel dipadankan dengan ragam warna lain, seperti merah pekat, biru laut, hingga putih. Daur juga tetap setia pada karakter utamanya sebagai jenama yang menyediakan pakaian yang dengan mudah bisa dipadankan dengan pakaian lain serta kemungkinan tata gaya yang tidak terduga banyaknya.
Sejauh juga tetap setia mengangkat unsur siluet Indonesia dalam kacamata kontemporer yang cocok dengan keadaan alam negeri ini. Terlepas dari perdebatan koleksi ini terlalu naif atau tidak, Sejauh lagi-lagi berhasil menyuguhkan alternatif pakaian yang bisa dimiliki oleh seluruh orang Indonesia sebagai bagian dari household yang bisa diwariskan hingga generasi ke depan. (FH)