Berlatar instalasi bak belukar, Rinaldy Yunardi kembali mempersembahkan koleksi “Aku, Untukmu Indonesia” di peragaan busana “K.H.A.T.U.L.I.S.T.I.W.A” di ajang World Flower Council Summit Indonesia 2019. Yang berbeda, untuk gelaran aksesorinya itu, Rinaldy turut menggandeng delapan perancang bunga untuk menginterpretasikan ulang 25 aksesori dalam koleksi tersebut.
Beberapa perancang bunga yang diajak berkolaborasi antara lain Dian Touwani, Yohanes Wempy, Teresa Maria Ineke Turang, Nasna Kahim, Nixie Pyrena, dan sebagainya. Kedelapan desainer itu diminta untuk menghias aksesori-aksesori rancangan Rinaldy Yunardi dengan rangkaian bunga kreasi mereka.
Kolaborasi ini menjadi hal yang baru dan menantang baik bagi Rinaldy maupun bagi para pedancang bunga. Pertama perihal kombinasi desain. Membuat rancangan bunga untuk menghias aksesori Rinaldy Yunardi tentu bukan hal mudah. Sebabnya, aksesori Rinaldy sudah memiliki detil yang penuh. Kedua, adalah perihal proses kolaborasi yang dipenuhi elemen kejutan. Pasalnya, penggunaan bunga segar sebagai komponen dekorasi aksesori membuat ia tak bisa melakukan kontrol terhadap desain.
“Kadang mereka [perancang bunga] sudah berkhayal mau pakai bunga A atau bunga B, tapi nyatanya pas hari-H enggak ada bunganya dan ganti lagi. Jadi enggak bisa dibuat dummy-nya karena kita enggak mau pakai bunga plastik,” jelas Rinaldy di sela-sela gelaran WFC Summit Indonesia 2019.
Ia pun menyatakan baru akan melihat hasil kreasi para perancang bunga itu dengan aksesorinya sehari sebelum pagelaran busananya. Namun ia menyatakan diri telah mempercayakan kreasi tersebut kepada masing-masing perancang.
Itu pula yang menjadi tantangan dalam kolaborasi ini, bagaimana para desainer yang terlibat saling menurunkan ego dan melengkapi dengan kreasi rancangan masing-masing. Hal ini diamini pula oleh salah seorang desainer kolaborator, Yohanes Wempy. Menurutnya kolaborasi ini menjadi lebih sulit karena tiap desainer mesti meredam ego masing-masing untuk menghasilkan karya akhir yang Bagus dan tidak terlihat berlebihan.
Untuk gelaran kali ini Yohanes mendapatkan tiga aksesori untuk dimodifikasi. Ada yang berupa gelang besar, aksesori yang menutupi area belakang tubuh, dan anting-anting spiral superbesar. Bunga beargrass dan steel grass dipilihnya menjadi material untuk mendekorasi salah satu aksesori yang memiliki detil rumit hingga ke punggung. Sementara untuk melengkapi aksesori gelang dari Rinaldy, Yohanes memilih untuk membuat rangkaian bunga berupa untaian panjang dengan tema musim gugur. Dan anting-anting spiral karya Rinaldy dipadukan dengan headpiece dari rangkaian bunga yang menutupi separo wajah model.
Semua rangkaian bunga itu Yohanes buat dengan metode wiring atau menyangkutkan bunga-bungaan pada kerangka kawat. Ini dilakukan agar rangkaian bunga yang ia buat tidak merusak aksesori Rinaldy dengan lem. Ada pula Teresa Maria Ineke Turang yang menghias aksesori-aksesori dari Rinaldy dengan rangkaian janur, teknik merangkai bunga khas Indonesia.
Tema tradisi Indonesia memang masih dipegang erat oleh Rinaldy. “Kita tetap membuat sesuatu dengan budaya Indonesia, tetapi budaya Indonesia yang dibuat modern yang sehingga bisa kita sebarkan di tingkat internasional,” papar Rinaldy.
Hasilnya adalah sederet aksesori avant garde yang unik dan cantik. Bunga-bungaan yang menghiasi aksesori kreasi Rinaldy tersebut hadir dalam tampilan-tampilan baru yang menyegarkan. Beragam bunga lokal pun kian menarik perhatian peserta WFC Summit Indonesia 2019 yang dihadiri sektiar 200 orang tamu dan undangan dari 20 negara.
Gelaran K.H.A.T.U.L.I.S.T.I.W.A ini pun sekaligus mengakhiri empat hari penyelenggaraan WFC Summit Indonesia 2019. WFC Summit akan kembali lagi tahun depan dan akan diselenggarkan di Dubai. (SIR). Foto: Shuliya Ratanavara.
Beberapa perancang bunga yang diajak berkolaborasi antara lain Dian Touwani, Yohanes Wempy, Teresa Maria Ineke Turang, Nasna Kahim, Nixie Pyrena, dan sebagainya. Kedelapan desainer itu diminta untuk menghias aksesori-aksesori rancangan Rinaldy Yunardi dengan rangkaian bunga kreasi mereka.
Kolaborasi ini menjadi hal yang baru dan menantang baik bagi Rinaldy maupun bagi para pedancang bunga. Pertama perihal kombinasi desain. Membuat rancangan bunga untuk menghias aksesori Rinaldy Yunardi tentu bukan hal mudah. Sebabnya, aksesori Rinaldy sudah memiliki detil yang penuh. Kedua, adalah perihal proses kolaborasi yang dipenuhi elemen kejutan. Pasalnya, penggunaan bunga segar sebagai komponen dekorasi aksesori membuat ia tak bisa melakukan kontrol terhadap desain.
“Kadang mereka [perancang bunga] sudah berkhayal mau pakai bunga A atau bunga B, tapi nyatanya pas hari-H enggak ada bunganya dan ganti lagi. Jadi enggak bisa dibuat dummy-nya karena kita enggak mau pakai bunga plastik,” jelas Rinaldy di sela-sela gelaran WFC Summit Indonesia 2019.
Ia pun menyatakan baru akan melihat hasil kreasi para perancang bunga itu dengan aksesorinya sehari sebelum pagelaran busananya. Namun ia menyatakan diri telah mempercayakan kreasi tersebut kepada masing-masing perancang.
Itu pula yang menjadi tantangan dalam kolaborasi ini, bagaimana para desainer yang terlibat saling menurunkan ego dan melengkapi dengan kreasi rancangan masing-masing. Hal ini diamini pula oleh salah seorang desainer kolaborator, Yohanes Wempy. Menurutnya kolaborasi ini menjadi lebih sulit karena tiap desainer mesti meredam ego masing-masing untuk menghasilkan karya akhir yang Bagus dan tidak terlihat berlebihan.
Untuk gelaran kali ini Yohanes mendapatkan tiga aksesori untuk dimodifikasi. Ada yang berupa gelang besar, aksesori yang menutupi area belakang tubuh, dan anting-anting spiral superbesar. Bunga beargrass dan steel grass dipilihnya menjadi material untuk mendekorasi salah satu aksesori yang memiliki detil rumit hingga ke punggung. Sementara untuk melengkapi aksesori gelang dari Rinaldy, Yohanes memilih untuk membuat rangkaian bunga berupa untaian panjang dengan tema musim gugur. Dan anting-anting spiral karya Rinaldy dipadukan dengan headpiece dari rangkaian bunga yang menutupi separo wajah model.
Semua rangkaian bunga itu Yohanes buat dengan metode wiring atau menyangkutkan bunga-bungaan pada kerangka kawat. Ini dilakukan agar rangkaian bunga yang ia buat tidak merusak aksesori Rinaldy dengan lem. Ada pula Teresa Maria Ineke Turang yang menghias aksesori-aksesori dari Rinaldy dengan rangkaian janur, teknik merangkai bunga khas Indonesia.
Tema tradisi Indonesia memang masih dipegang erat oleh Rinaldy. “Kita tetap membuat sesuatu dengan budaya Indonesia, tetapi budaya Indonesia yang dibuat modern yang sehingga bisa kita sebarkan di tingkat internasional,” papar Rinaldy.
Hasilnya adalah sederet aksesori avant garde yang unik dan cantik. Bunga-bungaan yang menghiasi aksesori kreasi Rinaldy tersebut hadir dalam tampilan-tampilan baru yang menyegarkan. Beragam bunga lokal pun kian menarik perhatian peserta WFC Summit Indonesia 2019 yang dihadiri sektiar 200 orang tamu dan undangan dari 20 negara.
Gelaran K.H.A.T.U.L.I.S.T.I.W.A ini pun sekaligus mengakhiri empat hari penyelenggaraan WFC Summit Indonesia 2019. WFC Summit akan kembali lagi tahun depan dan akan diselenggarkan di Dubai. (SIR). Foto: Shuliya Ratanavara.