Koleksi kedua Anthony Vaccarello untuk rumah mode Saint Laurent jelas dinanti dengan benak penuh tanda tanya. Seperti apakah arahannya untuk Saint Laurent? Tentu saja bagi Vaccarello ini merupakan suatu tantangan baru untuk dirinya bisa unjuk gigi dari citra Saint Laurent yang sebelumnya berkesan pemberontak di tangan Hedi Slimane. Rupanya ia memiliki siasat jitu. Napas pemberontak justru diterjemahkan kembali oleh Anthony Vaccarello dengan membuka arsip masa lalu. Sensualitas seduktif yang identik dengan Saint Laurent, kembali didaur ulang menjadi tampilan glamor yang berani mengekspos kulit.
Tampaknya Vaccarello memuja sosok perempuan kuat dan tak ragu menunjukkan sensualitasnya. Mungkin itu telah menjadi DNA dirinya kala berkarya. Tak heran jika menilik kembali saat ia masih menjabat sebagai direktur kreatif di Versus Versace, koleksi siap pakainya selalu provokatif dan penuh percaya diri dalam menonjolkan aset tubuh. Kini formula serupa ia terapkan pada rancangan Saint Laurent di musim gugur/dingin 2017 ini. Sensualitas ditonjolkan melalui gaun-gaun mini melekat tubuh yang hadir dengan berbagai variasi siluet hingga teknik cut-out asimetris.
“Ketika mendengar nama Saint Laurent, yang terlintas dalam benak saya adalah acara pesta sampai malam,” ujar Vaccarello. Ia mengasosiasikan tiap helai potongan menjadi sebuah perayaan. Rancangan yang ditampilkan pria kelahiran 4 September 1984 ini mencerminkan glamorama dan esensi chic. Dekade 80-an turut menyumbang pada rancangannya. Slouchy boot yang sudah jarang terlihat, dipresentasikan kembali dengan variasi material kulit paten ataupun yang bertabur kristal. Sungguh meninggalkan kesan semarak pada kreasi sepatu. Begitu menuai atensi dan mampu memberi inspirasi untuk membangkitkan kembali gaya sepatu bot selutut dalam beragam padanan busana.
Gaya berbusana koleksi ready-to-wear ini memiliki keseluruhan tampilan yang cenderung tangguh. Eksplorasi unsur feminin seperti rangkaian terusan dan rok mini yang mengutip lekuk tubuh pun hadir mendominasi. Ragam material ditempa secara maksimal termasuk permainan sequin dan material yang identik dengan musim dingin yakni kulit, beledu, dan bulu domba. Di sisi lain, hadir pula elemen-elemen yang mengakomodasi kecakapan Vaccarello lewat tuksedo. Ia menafsirkannya secara klasik dalam menyambut semangat androgini modern. Menitikberatkan pada tailoring yang presisi, jaket hitam dikonstruksi untuk membangun tampilan elegan sekaligus memberikan kuasa gaya bagi banyak perempuan. Secara keseluruhan, prestasi Vaccarello tak hanya mengolah busana, ia juga sanggup mengawal identitas baru Saint Laurent. (YK) Foto: Dok. Saint Laurent