Tahun 2020 menandakan lima tahun Alessandro Michele telah menahkodai arah kreatif Gucci. Tak habis-habis gebrakan yang ia berikan selama lima tahun ke belakang. Kali ini, dengan memantik percakapan tentang maskulinitas. Lewat 58 tampilan gaya di gelaran Fall 2020 Menswear Gucci, Alessandro mencoba menantang konsepsi "maskulitnitas" berbalut gaya kontemporer Gucci.
Ini menegaskan sikapnya yang telah lama membaurkan batas-batas maskulin/feminin. Ambil contoh pakaian-pakaian seperti blouse dan dress, yang identik dengan pakaian anak perempuan, ia hadirkan untuk merombak imajinasi kita akan pakaian laki-laki. Melalui persembahannya ini ia menawarkan sosok-sosok maskulin baru yang lembut, fluid, ambigu, dan anggun—kata-kata yang mungkin jarang digunakan untuk mendeskripsikan pakaian laki-laki.
Koleksi ini juga menghadirkan rajutan-rajutan khas Gucci. Seperti biasa, warna-warna terang dengan saturasi tinggi yang biasanya jarang muncul dalam koleksi-koleksi musim gugur menjadi palet pilihan Alessandro.
Gaya-gaya ikonis dari berbagai periode menjadi inspirasinya, terutama era '80-'90an. Terjemahannya atas inspirasi itu lahir dalam coat warna prim powder blue, sentuhan metalik ala David Bowie, hingga setelan grunge dengan denim dan oversized sweater a la Kurt Cobain tahun 90-an.
Di lini aksesori, Alessandro juga menyiapkan tas ikonis lain yang rasanya akan segera membanjiri lini media sosial Anda. Salah satunya adalah tas Gucci yang dengan tulisan ‘NOT’ dan ‘FAKE’ besar-besar dengan warna kuning mencolok di kedua sisi tas serta berwarna kuning.
Seperti koleksi Gucci dalam visi Alessandro yang sudah-sudah, koleksi ini menampilkan parade gaya yang unik dan berbeda. Harapannya, lewat koleksi ini ia berhasil memberikan tawaran baru tentang maskulinitas baru yang lebih sehat dan merayakan keanehan. “Ini bukan narasi untuk menganulir definisi maskulin konvensional. Alih-alih, saya ingin menjelaskan betapa kompleksnya menjadi seorang pria,” katanya seperti dilansir dari catatan resmi.
Persoalan ragam perspektif maskulinitas memang akan terus menjadi perdebatan sendiri. Setidaknya, Alessandro menawarkan satu alternatif jawaban untuk pertanyaan "what it takes to be a man?", yakni bahwa menjadi laki-laki maskulin tak mesti menghapuskan sensibilitas feminin yang lembut di diri mereka. (FH) Foto: Gucci, Giacomo Cabrini for Backstage Photos