Silvia Venturini Fendi mendeskripsikan koleksi Fall/Winter 2020 Fendi ini sebagai pakaian yang membebaskan ekspresi perempuan. “From the boudoir to the boardroom,” begitu tulisnya di catatan koleksi.
Kali ini Silvia memang merancang sederet pakaian executive chic yang dimodifikasi dengan sentuhan sensual. Silvia melakukannya dengan mengaksentuasi lekuk pinggang perempuan. Ia pun melengkapi koleksinya dengan aksen semaca cetakan kerangka korset. Entah itu di luaran-luaran serta gaun-gaun berbahan kasmir, hingga jaket-jaket kulit. Sementara untuk bagian lengan, koleksi rancangan Silvia menampilkan lengan-lengan gembung yang ia sebut sebagai “Pull-off”.
Sebagaimana premis Silvia, koleksi ini dirancang untuk membuat perempuan merengkuh sensualitasnya tanpa lantas menjadi objek. Pakaian-pakaian yang dipersembahkan Silvia ini memancarkan aura nan menggoda tanpa menjadikannya provokatif.
Ia juga mencoba mengakomodasi gaya perempuan-perempuan yang berbeda dengan model pakaian yang sama, tetapi sentuhan yang berbeda. Misalnya gaun panjang nan lebar yang ia hadirkan dalam balutan kain satin pink yang feminin dan polos. Versi lainnya ia hadirkan dengan material beledu hitam yang memancarkan kesan menggoda.
Untuk koleksi anyarnya ini, Silvia terus mencoba menghadirkan dualitas bahkan lewat pemilihan material. Mohair topcoat yang ia hadirkan dengan material yang nampak bagain tambalan berbagai material bulu. Sementara jaket dengan pola paisley dan motif leopard terbuat dari bulu mink, tentunya hasil daur ulang.
Sementara dari lini aksesori, koleksi Silvia kali ini juga menghadirkan oversized shopping bag yang muncul di gelaran peragaan busana pria Fendi. Tak ketinggalan perhiasan dari penata gaya Fendi, Charlotte Stockdale turut melengkapi penampilan koleksi musim gugur Fendi kali ini.
Usaha Silvia ini menunjukkan kemampuan perempuan mendesain pakaian-pakaian perempuan yang praktikal sekaligus dapat menadi ekspresi kekuatan perempuan—baik itu seksual, sosial, atau profesional. Dan hal itu rasanya menjadi Sebuah gerakan representasi yang tepat dilakukan sekarang. Apalagi di tengah begitu banyakanya desainer laki-laki yang menawarkan “fantasi” mereka akan perempuan dan feminitas. (SIR). Foto: Fendi.
Kali ini Silvia memang merancang sederet pakaian executive chic yang dimodifikasi dengan sentuhan sensual. Silvia melakukannya dengan mengaksentuasi lekuk pinggang perempuan. Ia pun melengkapi koleksinya dengan aksen semaca cetakan kerangka korset. Entah itu di luaran-luaran serta gaun-gaun berbahan kasmir, hingga jaket-jaket kulit. Sementara untuk bagian lengan, koleksi rancangan Silvia menampilkan lengan-lengan gembung yang ia sebut sebagai “Pull-off”.
Sebagaimana premis Silvia, koleksi ini dirancang untuk membuat perempuan merengkuh sensualitasnya tanpa lantas menjadi objek. Pakaian-pakaian yang dipersembahkan Silvia ini memancarkan aura nan menggoda tanpa menjadikannya provokatif.
Ia juga mencoba mengakomodasi gaya perempuan-perempuan yang berbeda dengan model pakaian yang sama, tetapi sentuhan yang berbeda. Misalnya gaun panjang nan lebar yang ia hadirkan dalam balutan kain satin pink yang feminin dan polos. Versi lainnya ia hadirkan dengan material beledu hitam yang memancarkan kesan menggoda.
Untuk koleksi anyarnya ini, Silvia terus mencoba menghadirkan dualitas bahkan lewat pemilihan material. Mohair topcoat yang ia hadirkan dengan material yang nampak bagain tambalan berbagai material bulu. Sementara jaket dengan pola paisley dan motif leopard terbuat dari bulu mink, tentunya hasil daur ulang.
Sementara dari lini aksesori, koleksi Silvia kali ini juga menghadirkan oversized shopping bag yang muncul di gelaran peragaan busana pria Fendi. Tak ketinggalan perhiasan dari penata gaya Fendi, Charlotte Stockdale turut melengkapi penampilan koleksi musim gugur Fendi kali ini.
Usaha Silvia ini menunjukkan kemampuan perempuan mendesain pakaian-pakaian perempuan yang praktikal sekaligus dapat menadi ekspresi kekuatan perempuan—baik itu seksual, sosial, atau profesional. Dan hal itu rasanya menjadi Sebuah gerakan representasi yang tepat dilakukan sekarang. Apalagi di tengah begitu banyakanya desainer laki-laki yang menawarkan “fantasi” mereka akan perempuan dan feminitas. (SIR). Foto: Fendi.