"Dialektika" Kebudayaan Cita Tenun Indonesia
Oscar Lawalata Culture, fbudi, dan Era Soekamto, menampilkan interpretasi mereka terhadap kain tenun tradisional
13 Nov 2024



Dalam gelaran kedua hari ketiga Jakarta Fashion Week 2025, DEWI menggandeng Cita Tenun Indonesia dalam "Dialektika". Cita Tenun Indonesia mempertemukan tiga perancang: Oscar Lawalata Culture, Fbudi, dan Era Soekamto, dengan tenun dari wilayah-wilayah berbeda. Yang awalnya adalah benturan budaya antara ketiga perancang, yang jarang secara khusus mengolah tenun, justru menghasilkan akulturasi yang unik.


Oscar Lawalata Culture mengolah songket Halaban dari Sumatra Barat, kain khas Sumatera Barat yang dikenal dengan kilau metaliknya. Tenun songket ini memiliki karakteristik motif timbul yang dibuat dengan teknik sungkit, menambahkan lapisan visual yang kaya pada kain. Tiap lembarnya berkilap metalik tembaga, emas tua, diiris dalam suwir-suwir motif yang lantas direnda menjadi atasan bersiluet khas. Yang menarik, wastra struktural ini dipadukan dengan bawahan sifon yang mendayu-dayu. Alih-alih mencacah, pendekatan perancang Asha Darra justru mempertahankan integritas motif songket dengan apik.
 


Felicia Budi, perancang di balik label mode Fbudi, menggali karakteristik unik kain Sobi dari Sulawesi Tenggara, yang motifnya hanya terlihat di bagian depan, sementara sisi belakangnya dibiarkan polos. Tenun Sobi mencerminkan teknik pakan mengambang yang menciptakan keunikan pada tekstur dan motif. 

Keluar dari bahan-bahan lemas yang biasa ia olah, Felicia justru trengginas menjanah ranah baru dengan koleksi kasual yang mencakup busana pria. Ketebalan tenun ditarik menjadi ulir-ulir struktural, selain ditambal dalam ornamen patchwork.

Rancangannya ini pun membentuk keseimbangan antara gaya kasual dan profesional. Untuk busana kasual, kain-kain dengan warna cerah serta corak yang menonjol dipadukan dengan kain transparan serta detail kerut yang trendi. Sedangkan untuk workwear, blazer dengan potongan boxy dan kerah lebar ditambahkan aksen kain transparan atau dipadukan dengan celana capri. 

 

Era Soekamto mengkriya tenun Cual Sambas dari Kalimantan Barat dengan Batik Tulis Jawa dalam koleksinya yang bertajuk "Pakerti". Tenun diolah menjadi aneka warna atasan, dipadu-padan dengan kain prada Bali. Penekanan kepada kesamaan motif antara kedua wastra, yang sejatinya bernapas demikian berbeda, seperti tumpal segitiga, isen-isen, dan gilap gemerlap logam mulia; sjustru mengingatkan kepada esensi ornamentasi Indonesia.

Koleksi ini mengadopsi inspirasi dari busana-busana kebesaran para bangsawan Melayu dan Jawa, baik pria dan wanita untuk menyelaraskan kecantikan dan kekuatan. Menurut sang perancang, koleksi ini mengusung pesan tentang kehormatan, nilai adat, dan martabat yang melekat dalam setiap helai wastra Indonesia. Tenun Cual Sambas sendiri adalah hasil akulturasi budaya Melayu dan Dayak, yang diolah dengan teknik ikat lungsi dan songket.


Selain menikmati sajian visual yang memikat, para tamu undangan dan kru Jakarta Fashion Week juga menikmati hidangan dari Yellow Fit Kitchen x Mr. Ishii. Kolaborasi Yellow Fit Kitchen dengan Mr. Ishii hadir dalam bentuk hidangan bergizi dengan menu andalan seperti nasi dan mi rendah karbohidrat dari umbi porang yang kaya serat. Terima kasih kepada Yellow Fit Kitchen dan MR. ISHII atas dukungannya di Jakarta Fashion Week 2025!



Teks: Akib Aryo Utomo & Mardyana Ulva
Foto: dok. Jakarta Fashion Week

 


Topic

JFW 2025

Author

DEWI INDONESIA