Museum MACAN menghadirkan pameran seni terbaru yang menggugah, "Primate Visions: Macaque Macabre", karya seniman berdarah Minahasa, Natasha Tontey. Pameran ini mengajak kita menyelami hubungan yang kompleks antara manusia dan alam, khususnya dengan kera makaka jambul hitam, yang dalam bahasa Minahasa disebut yaki.
Pameran ini merupakan hasil dari penelusurah Natasha Tontey terhadap warisan budaya Minahasa, dan menyoroti dilema yang dihadapi masyarakat setempat dalam menghadapi keberadaan yaki. Primata ini oleh masyarakat adat dianggap sebagai bagian dari struktur kehidupan sosial sehari-hari, tetapi juga dianggap sebagai hama karena kerap turun ke desa dan mencuri hasil panen. Hubungan tersebut makin pelik dengan diakuinya status yaki sebagai spesies yang terancam punah, sehingga mendorong organisasi-organisasi internasional untuk menggalakkan pelestariannya.
Pusat dari pameran ini adalah video karya Tontey yang mengikuti petualangan sekelompok ahli primata yang membebaskan kawanan yaki yang dikurung di sebuah hutan. Melalui percakapan dan eksperimen, para 'ahli’ di video ini mengajak penonton merenungkan masa depan hubungan antara manusia dan yaki.
Menginterpretasi ulang ritual Mawolay, Tontey mengajak kita memasuki dunia imajinatif dengan manusia dan yaki yang hidup berdampingan. Karya Tontey berupaya membongkar bias dan hubungan antara manusia dan hewan, membayangkan sebuah realitas fiktif yang memungkinkan terciptanya pemahaman antar spesies secara lebih mendalam.
Salah satu hal paling menarik dari pameran ini yakni pengaplikasian gaya yang jenaka pada video yang dibuat Tontey. Menurut perupa keturunan Minahasa tersebut, estetika visual ini banyak terinspirasi dari sinetron dan film horor era 90-an yang pernah begitu ia gemari.
Karya seninya ini merupakan bagian dari tradisi panjang perfilman Indonesia yang penuh kreativitas. Alih-alih sekadar terkesan 'jadul,' menonton karya Tontey justru menimbulkan kengerian surealis yang menggugah kesadaran-kesadaran baru, terutama tentang hubungan antara manusia dengan para satwa yang hidup berdampingan dengan kita.
Selain itu, ada sebuah video menarik lainnya yang menghadirkan 'wawancara' antara dua ekor yaki dengan Rens Sarapung, seorang veteran perang Minahasa yang bertugas di Batalyon R, juga dikenal sebagai Jin Kasuang, pada gerakan Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta) yang terjadi di Indonesia pada periode 1957-1961. Adegan khayali ini juga dikemas dengan jenaka yang tidak hanya menghibur, tetapi juga menggabungkan elemen sejarah dan imajinasi dengan cara yang unik.
Video karya Tontey juga ditampilkan bersamaan dengan kostum dan properti yang digunakan dalam film karyanya itu, membawa para audiens menjelajah lebih jauh ke suasana ganjil yang terbangun apik sepanjang cerita.
Karya ini merupakan karya komisi untuk Audemars Piguet Contemporary, yang direalisasikan melalui kerja sama antara tim kuratorial internal dengan Tontey dan Museum MACAN. Pameran "Primate Visions: Macaque Macabre" berlangsung di Museum MACAN mulai 16 November 2024 hingga 6 April 2025. (MAR)
Foto: dok. Museum MACAN, dok. DEWI
Topic
SeniAuthor
DEWI INDONESIA
RUNWAY REPORT
Laras Alam Dalam DEWI's Luxe Market: "Suara Bumi"
RUNWAY REPORT
Mengkaji Kejayaan Sriwijaya Bersama PT Pupuk Indonesia