Tentu saja segalanya tak pernah menjadi mudah seperti mengedipkan mata. Para sahabat bahkan keluarga terdekat mempertanyakan dan meragukan keputusannya. “Mereka menganggap saya tidak normal. Banyak teman-teman kerja merasa panik terhadap langkah saya meninggalkan dunia korporat, mereka diam-diam memonitor akan seperti apakah saya jadinya nanti. Saya bergelut dengan rasa takut, khawatir, dan emosi lainnya sepanjang perjalanan ini,” kisahnya. Tetapi, Helena tidak bergeming. Ia tetap melangkah maju. Sebab ia percaya dan mengikuti bisikan hatinya. Saat kebanyakan orang lebih mendengar apa yang orang katakan, ia memilih mendengar suara hatinya sendiri. Rasa takut dan gusar yang menghinggapinya disadari berasal dari ego serta pikiran. Hal tersebut menjadi latihan untuk memperkuat langkahnya ke depan.
Seraya terus berjalan mengikuti kata hati, ia telah melepaskan dan menemukan. Helena melepaskan kehidupan yang menuntut kesempurnaan. “Menjalani hidup seperti itu membuat saya menjadi bitchy, dingin, dan merasa sepi. Hati saya tertutup. Tidak bisa mengekspresikan serta menerima cinta kasih,” katanya. Namun, rupanya bukan hanya hidup serba sempurna yang ia lepaskan. “Saya juga meninggalkan kebutuhan impresi diri dan sanjungan orang lain. Termasuk kebutuhan membuat orang lain senang, keinginan menjadi pahlawan yang berdasarkan ego, untuk selalu sibuk karena merasa diri orang penting, serta untuk selalu berpacu dengan waktu,” ia menuturkan.
Dengan lepaskan itu semua, ia menemukan sesuatu yang tak ternilai. “Saya temukan kebebasan serta kebahagiaan yang mendalam dan hangat dari dalam diri sendiri. Saya bebas dan bahagia menjadi diri saya yang otentik, senantiasa dalam kecukupan, merasa sangat cantik karena inner beauty, bijaksana, penuh cinta dan juga super powerful. Saya membangun karakter diri berdasarkan kebijaksanaan, keberanian, keadilan, dan self-mastery. Setiap hari adalah untuk melayani, memimpin, dan menciptakan,” ungkapnya. Begitulah pula cara Helena memaknai hidup. Baginya, warisan hidup dibangun setiap hari melalui tindakan dan kekuatan karakter.
Terdapat perbedaan cara pandang Helena yang dulu dan sekarang dalam melihat dunia. “Dulu, saya melihat dunia dan manusia seperti terkotak-kotak, terbelah, terpisah. Saat ini saya melihatnya sebagai sebuah kesatuan yang tak terpisahkan. Bumi, manusia, hewan dan segala sesuatu yang berada di sekitar kita adalah satu yang tak terpisahkan dan kita harus memberikan respek dan cinta kasih bagi semuanya,” kata perempuan yang pernah mendapatkan Award for Distinguished Service in Support of The People of Indonesia dari Habitat for Humanity Asia Pacific tahun 2017. Penghargaan ini diberikan atas kontribusinya dalam proyek Women Build yang memberdayakan perempuan untuk membangun rumah bagi keluarga kurang mampu.