Kabar duka berkumandang bagi Indonesia sore kemarin, 11 September 2019. Presiden ketiga Indonesia dan penggagas pabrik pesawat nasional pertama di negeri ini, Bacharuddin Jusuf Habibie dikabarkan telah meninggal dunia.
Seluruh bangsa berduka. Meski masa kepemimpinannya terbilang singkat, hanya setahun lebih beberapa bulan, sosoknya sebagai negarawan dan pemimpin bangsa tetap meninggalkan bekas. Dialah presiden yang menggelar pemilihan umum demokratis pertama pada 1999 setelah jatuhnya Orde Baru. Dia pula presiden yang memberikan referendum bagi masyarakat Timor Leste, satu-satunya Presiden Indonesia yang memberikan Hak untuk Menentukan Nasib Sendiri kepada rakyatnya yang merasa diopresi.
Ia mungkin tak akan jadi presiden jika bukan kala itu menjabat sebagai wakil dari Presiden Soeharto yang dipaksa lengser pada Reformasi 1998. Ya, Habibie memang bukan seorang politisi. Ia adalah teknokrat dengan kecintaan yang amat sangat pada pengetahuan dan teknologi.
Salah satu warisannya adalah PT Dirgantara Indonesia (Persero), pabrik pesawat pertama dan satu-satunya di Kawasan Asia Tenggara hasil gagasannya. Seperti dilansir Kompas.com, Habibie menyatakan, tidak bisa dibayangkan apabila Indonesia tidak memiliki pesawat terbang.
Dengan kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan, pesawat terbang memang menjadi pilihan transportasi yang paling efisien untuk menyambungkan antardaerah guna mendorong pembangunan. Ini menunjukkan visinya yang konkret akan pembangunan negeri dan masyarakat Indonesia. Dan itu sudah ia jalankan sejak 1976 kala mendirikan pabrik pesawat terbang kebangaan Indonesia.
Habibie bukanlah seorang politisi. Setelah menutup masa jabatannya sebagai pemimpin negeri di masa transisi pasca-reformasi, ia tak pernah secara aktif terlibat dalam gejolak politik praktis. Ia menunjukkan sikapnya sebagai negarawan dengan hanya mengamati dari jauh lika-liku politik Indonesia sembari tetap mendampingi anak-anaknya di Dirgantara Indonesia untuk terus mengembangkan rancangan-rancangan pesawat lokal.
Terakhir, ia sempat memperkenalkan rancangan pesawat baru bernama R80 kepada Presiden Joko Widodo sekaligus meminta dukungan pemerintah untuk ikut terlibat dalam pengembangan industri pesawat terbang nasional.
Kini, Bapak Bangsa sekaligus salah satu pemikir terbaik yang bangsa ini punya itu telah berpulang untuk selamanya. Di usia 83 tahun, Habibie menghembuskan napas terakhir dikelilingi keluarga tercinta. Maut memang bukan hal yang ditakutinya. Dalam sebuah wawancara di Mata Najwa ia pernah dengan santai berkata, “Saya tidak lagi takut mati karena andaikan sampai waktunya nanti, saya tahu yang akan menemui saya pertama adalah Ainun.”
Selamat jalan Eyang Habibie, selamat kembali ke pelukan cinta matimu. (SIR). Foto: Dok. Istimewa.