Hubungan Asmara Abigail dengan negeri Italia sudah berlangsung lama. Ia jatuh cinta pada Italia. Benih cintanya pertama kali tumbuh dari kisah-kisah temannya yang pernah tinggal di Italia. Bahasa yang sulit ditaklukkan dan juga penuturannya, bahasa baru membuat Asmara semakin kaya akan temuan karakter baru dan membuka peluang untuk hidup dalam kehidupan baru. Ia juga menyebut bahwa bahasa adalah lagu dari budaya manusia. Tapi tak cukup belajar bahasa, ia kemudian mengambil kesempatan untuk meneruskan sekolah di Italia lewat jalur beasiswa. Setahun di Italia merupakan masa-masa terpenting dalam hidup Asmara, “Seringkali saya bilang telah mengenal siapa diri saya sebenarnya. Tapi tidak juga, karena ketika saya hidup sendiri di tempat asing yang budaya dan cara hidupnya berbeda, saya malah dipertemukan dengan diri saya yang lain disana. Sebelunmnya, saya tahu saya punya sisi yang seperti itu, hanya saja tidak pernah memberinya perhatian sampai saya benar-benar sendirian,” Ujarnya.
Di Italia, jenis makanan dan waktu makan punya budayanya sendiri. Mereka akan kaget saat melihat orang Indonesia mengkonsumsi nasi goreng untuk sarapan. Karena disana, sarapan hanya sebatas kopi atau roti. Selain itu, tidak banyak hal yang perlu Asmara sesuaikan kecuali menghadapi segala macam kesulitan seorang diri. Ia dan kesendiriannya adalah penyesuaian paling besar selama tinggal di Italia. Terlepas dari beragam kesulitannya, ia menganggap halt ersebut menyenangkan. Ia percaya tak ada hasil yang besar tanpa kesulitan yang juga sama besarnya. (WHY) Foto: Thomas Sito