Merayakan momen Hari Perempuan Internasional di tahun 2022, Majalah DEWI, Kearney, Egon Zehnder, dan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) bersinergi dalam membahas pentingnya peran perusahaan untuk membina, memberdayakan perempuan dan memberi contoh kepemimpinan yang berdampak. Untuk pertama kalinya, kami menerbitkan studi “Redefining the Future of Work for Women” yang berfokus pada pentingnya hal ini bagi wanita dan langkah yang diambil perusahaan dalam menerjemahkannya; dan membagikannya kepada Anda.
Studi tersebut juga membagikan gagasan dan visi dari sederet pemimpin perempuan di bidang bisnis, teknologi, dan akademis, tentang transformasi tempat kerja yang ideal bagi perempuan, dalam empat tema diskusi yaitu “Attracting,” “Nurturing,” “Retaining Female Talents,” dan “The New Ways of Working.”
Salah satu sosok pemimpin perempuan yang bergabung dalam forum ini dan membahas tentang topik “Retaining Female Talent” adalah Maya Nelson, yang telah berpengalaman selama lebih dari tiga dekade sebagai pengajar. Saat ini Maya Nelson merupakan pimpinan sementara untuk alma maternya, Jakarta Intercultural School (JIS). Berikut ini potongan wawancara Kearney dengan Maya Nelson, tentang keinginan kuatnya untuk menciptakan ekosistem yang bisa mengembangkan para edukator perempuan.
Jika dilihat dari perspektif gender, seperti apa pengalaman Anda di bidang edukasi dan apa yang dampak paling bermakna dalam pengembangan diri Anda?
Di awal karier saya sebagai pengajar, ada masanya saya merasa bingung tentang mengapa posisi pimpinan di bidang ini kebanyakan diisi oleh laki-laki, padahal mayoritas guru itu perempuan. Ketidakseimbangan ini begitu nyata dan kentara. Situasi ini lah yang memotivasi saya membentuk kelompok perempuan di Facebook untuk saling mendukung sesama pengajar perempuan, sebagai upaya bersama untuk mendorong inklusivitas.
Saya percaya bahwa harus ada langkah yang mantap untuk mendukung para perempuan untuk memimpin. Tak hanya di bidang edukasi tapi juga di berbagai bidang lainnya, untuk menangani masalah kesenjangan gender dalam organisasi. Ini tergantung pada upaya kita untuk mengubah situasinya.
Forum ini mendapat perhatian besar di Asia, dan kami memutuskan untuk mengundang pembicara dari komunitas internasional untuk bahasan kami tentang “Para Perempuan Berpengaruh di Bidang Edukasi.” Wadah ini menjadi kanal yang memfasilitasi jejaring antar perempuan dan laki-laki yang sama-sama memiliki cita-cita tinggi dan dalam perjalanan masing-masing menjadi pemimpin.
Adakah hal kunci dalam organisasi yang menurut Anda penting agar jalan bagi perempuan untuk menjadi pemimpin itu lebih mudah?
Perempuan belum mencapai taraf yang sama dengan pria di banyak organisasi. Perempuan memerlukan bimbingan dari seseorang yang mendorong progress, yang bisa membantu membangun suara yang kuat dan penuh kepercayaan diri. Hal penting yang diperlukan adalah memiliki mentor laki-laki dan perempuan yang membantu untuk menemukan suara kita dan menunjukkan arahan. Mentor-mentor memberdayakan kita untuk mengambil risiko dan tumbuh dengan kapasitas kita, dalam lingkungan yang aman dan mendukung.
Saya beruntung bisa memiliki mentor laki-laki dan perempuan yang membantu saya lebih membuka diri terhadap peluang-peluang, menemukan pemecahan masalah, dan memberi umpan balik yang esensial dalam progress karier. Kini giliran saya yang bergantian menjadi mentor dan membantu sesama pengajar perempuan untuk bisa tumbuh secara professional. Inti dari hal itu adalah mengadvokasi pengembangan professional yang mendukung keberagaman gender.
Maya Nelson juga bicara mengenai sosok role model dan membangun lingkungan yang mendukung keberagaman gender bagi anak didiknya. Unduh wawancara lengkap Maya Nelson dengan Kearney di sini.
Pastikan juga untuk bergabung dalam forum diskusi online bertajuk “Transforming the Future of Work for Women” yang akan digelar pada Rabu, 9 Maret 2022 pukul 8.30 WIB. Klik di sini untuk mendaftar dan mengikuti pembahasan lebih lanjut mengenai topik tersebut.
MARDYANA ULVA
Foto: Kearney