Dari seluruh rangkaian memperjuangkan ide yang mereka bela, hal tersulit menurut Najwa Shihab adalah membuat ide tersebut jadi gerakan nyata. “Di Narasi, kami membuat sebuah komunitas bernama Mata Kita, sekarang yang terdaftar sudah hampir 200 ribu orang di 34 provinsi. Di tiap daerah, mereka melakukan aksi nyata yang relevan dengan keadaan dan kebutuhannya masing-masing. Di Maluku, misalnya, mereka banyak membuat isu-isu toleransi. Di Jogja kemahasiswaan, di Jabodetabek banyak isu lingkungan, dan sebagainya. Membuat beragam kepedulian menjadi aksi nyata di grass root menjadi sesuatu yang penting. Baik kita bikin keriuhan di media sosial, tapi bagaimana menjadikan kepedulian itu jadi aksi nyata juga hal penting lain. Seorang pemimpin itu harus ada di lapangan. Dia harus turun ke bawah,” katanya.
Kendati tak melabeli diri sebegai pemimpin, nyatanya, Najwa termasuk salah satu figur publik yang turun ke bawah, berada di lapangan. Salah satunya sebagai Duta Baca Indonesia sejak 2016. Pemberdayaan, pendidikan dan peningkatan literasi masyarakat memang menjadi beberapa hal yang ada dalam daftar kepedulian Najwa. Itu sebabnya, di tengah segala kesibukan yang harus dilompatinya, ia tetap berkenan ketika pada 2016 silam Perpustakaan Nasional Republik Indonesia memintanya menjadi Duta Baca Indonesia yang harus berkeliling ke berbagai pelosok negeri, menyebarkan benih literasi untuk meningkatkan minat baca dan menyadarkan masyarakat pentingnya membaca sebagai sebuah sarana pembuka wawasan. “Sebagai Duta Baca, saya harus menyentuh masyarakat tidak hanya di kota, tapi juga ke pelosok desa, datang ke sekolah-sekolah, ketemu baik dengan anak-anak maupun para ibu mereka, untuk menggugah mereka untuk juga mau membaca,” Najwa mengungkapkan.
Saat ini, menurutnya, literasi digital menjadi isu yang tengah dan perlu terus gencar dikampanyekan. “Literasi digital itu salah satunya adalah bagaimana kita bisa memiliki pengetahuan dan kesadaran yang baik tentang data apa saja yang kita bagi di internet,” katanya. Masih belum banyak orang yang menyadari bahwa data-data tentang diri yang diunggah ke internet bisa mengalami manipulasi yang merugikan. “Ketika kita mengkoneksi WhatsApp dengan komputer saja, sudah akan banyak sekali data kita yang bisa diretas oleh pihak lain. Juga ketika kita, misalnya, memasukkan kontak dan nomor rekening kita di situs belanja online. Salah satu hal penting yang ingin ditularkan dari pembelajaran tentang literasi digital adalah kita benar-benar tahu apa yang terjadi bila kita membagikan data ke internet,” Najwa menjelaskan.
(Indah Ariani)
Foto: Vicky Tanzil
Pengarah Gaya: Karin Wijaya
Busana: Auguste Soesastro, Dior, Fendi
Sneakers: Koleksi pribadi
Rias Wajah: Ike Hartono
Tata Rambut: Evievrian