Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefiniskan pahlawan sebagai orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran. Tentunya definisi amat luas, tak hanya ketika bicara masa penuntasan negara ini dari cengkraman kolonialisme dan imperialisme.
Tidak perlu melakukan sesuatu yang besar untuk dapat dianggap sebagai pahlawan. Kita semua adalah pahlawan dalam kehidupan masing-masing. Pahlawan bagi keluarganya, teman-teman, rekan kerja, atau lingkungannya. Termasuk lima perempuan pemeran Gundala, Asmara Abigail, Hannah Al Rashid, Kelly Tandiono, Marissa Anita, dan Tara Basro.
Mereka adalah pahlawan dengan caranya masing-masing. Meski tentunya mereka juga tak menolak jika bisa memiliki kekuatan super seperti yang ada di komik-komik atau film sains-fiksi. Ada yang langsung tahu apa yang mereka mau, ada yang berpikir keras sambil menerawang, mencoba menyeleksi imajinasinya.
“Saya ingin mengusai semua bahasa dan bisa berpergian ke mana saja. Bahasa yang seperti lagu budaya itu dapat memudahkan komunikasi,” kata Asmara. Ia membayangkan betapa mudahnya jika ia bisa berkomunikasi dengan siapa pun di penjuru dunia. “Saya juga cinta kedinamisan, sehingga ingin terus berpindah dari tempat satu ke tempat lain dengan mudah,” lanjutnya lagi.
Lain lagi dengan Marissa yang ingin bisa membuat sisi baik seseorang lebih dominan dari sisi buruknya. “Manusia punya dua sisi. Kita pasti punya sisi gelap dan sisi terang. Tapi jika ketika kita berinteraksi lebih dominan sisi terangnya, pasti situasi dunia akan jauh lebih baik,” jelasnya tegas.
Sementara Tara ingin bisa pergi ke masa lalu. “Saya ingin sekali pergi ke era 1920-an atau 1950-an. Saya ingin melihat musiknya, fesyennya, budayanya, dan bahkan melihat pergumulan yang mereka hadapi, sebagai sebuah pengingat untuk selalu bersyukur dan menghargai segala nikmat yang ada. Karena menurut saya hal-hal baik yang kita punya sekarang merupakan hasil dari pengorbanan para leluhur,” ia menjelaskan.
Kelly punya pendapat lain. Dari sekian banyak kekuatan super, terbang menjadi kekuatan super pilihannya. Alasannya sederhana, yaitu kegemarannya akan travelling dan kemampuannya itu akan memudahkan ia pergi ke mana saja kapan saja. Kelly juga berpikir bahwa terbang memberikan rasa seakan bebas.
Begitu pula Hannah yang berkelakar, “Kalau mau egois, saya ingin bisa terbang agar bisa jalan-jalan gratis.” Namun dengan nada yang lebih serius, Ia menyatakan kekuatan super lain yang ia idamkan, yaitu kemampuan untuk mengetahui sesuatu itu benar adanya atau bohong. “Jadi setiap kali ada orang yang menyebarkan hoax atau fake news, saya akan datang. Saya rasa ini relevan dengan kondisi kita sekarang,” begitu pendapatnya.
(Teks: Nofi Triana Firman, Auli Hadi, Wahyu Septiyani/Foto: Ig Raditya Bramantya)