Jika melihat bentuknya saja, evolusi gerak tubuh Melanie tampak bertolak belakang. Dari menari yang dikonotasikan dengan gerakan yang halus, Melanie lalu berlatih di pusat kebugaran yang kesannya keras. Ada kalanya ia berlatih menggunakan beban, bahkan hingga 50 kg. “Dulu otot saya fleksibel. Tapi saya kurang kuat karena enggak pernah dilatih,” ia menjelaskan. Pahanya tidak kuat, perutnya walau kurus tetap tidak ada otot yang terbentuk. “Kurus tapi banyak lemak, lembek. Jadi dulu bergelambir, walau kurus,” Melanie bercerita. Ia menyadari ia harus mulai memperkuat otot. Secara natural, semakin manusia bertambah usia, massa ototnya akan berkurang. Dengan otot yang kuat, risiko cidera di kemudian hari diharapkan akan berkurang.
Persepsinya akan tubuh pun berubah. Tubuh bisa saja ramping tapi ternyata tidak sehat. “Dulu saya hidup untuk makan,” Melanie bercerita tentang masa remajanya. Napsu makannya besar dan olahraga kardio yang dijalani terlalu berat mengakibatkan tubuhnya kelaparan sehingga porsi makannya banyak. Namun yang ada di pikirannya adalah tubuh harus tetap kurus. Jalan pintasnya adalah makanan yang telah dikonsumsinya itu dimuntahkan. Problematika ini lama kelamaan pun pulih. Seiring berjalannya waktu, pemahamannya akan tubuh sehat terikut serta. “Olahraga itu bukan untuk kurus, tapi untuk bugar. Lama-lama, saya sayang dengan badan saya. Ada rem di otak saya, apa yang saya makan, yang berguna untuk badan.” Namun, jika satu hari ia ingin martabak, ia akan memakannya. Tapi satu potong saja. Ia juga memperhatikan waktu istirahatnya setidaknya tujuh atau delapan jam setiap malam.
Selama masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Melanie tak berhenti berolahraga. Sekitar satu jam ia berlatih di gym kemudian berenang selama 30 menit. Seperti juga banyak orang yang menemukan kesenangan baru selama berkegiatan di rumah saja, Melanie juga punya hobi baru yaitu berkebun. Ia terinspirasi setelah melihat akun Instagram Meira Anastasia, penulis dan istri Ernest Prakasa. “Nanti di gym juga saya mau isi tanaman-tanaman yang bisa dimakan,” ujarnya. Kendati tetap banyak berkegiatan, Melanie mengaku sangat menikmati waktunya di rumah saja. “Saya menikmati perubahan ini.” Perubahan yang paling terlihat adalah soal berpakaian. Jika dulu ia harus rapi ketika menghadiri acara-acara, sekarang ia senang bisa bersantai, memakai daster atau celana pendek dan kaus. Jika ingin berdandan, ia akan melakukannya, walau di rumah saja. “Nanti tangannya kaku, lupa bikin alis,” kelakarnya.