Konsistensi Aldila Sutjiadi

Aldila Sutjiadi adalah seorang petenis profesional Indonesia yang dikenal karena keahliannya bermain di nomor ganda. Baru-baru ini, ia membuat gebrakan mengesankan di turnamen BNP Paribas Open di Indian Wells. Aldila dan pasangannya mengalahkan pasangan peringkat empat dunia, menunjukkan semangat juangnya yang tinggi.
Turnamen Favorit

Bagi Aldila Sutjiadi, tenis bukan sekadar olahraga, melainkan juga petualangan. Sebagai petenis profesional, ia memiliki kesempatan untuk menjelajahi berbagai belahan dunia.
"Saya sebenarnya suka bepergian. Jadi, salah satu hobi saya adalah traveling, dan saya menikmati kesempatan untuk mengunjungi tempat-tempat wisata di kota tempat turnamen diadakan. Selain itu, saya juga suka mencoba berbagai makanan lokal di setiap kota yang saya kunjungi," ujarnya kepada DEWI.
Lebih dari sekadar jalan-jalan, tenis membuka pintu bagi Aldila untuk membangun jaringan pertemanan internasional. Profesinya ini memungkinkannya terhubung dengan banyak petenis lain berbagai negara yang ditemuinya selama bertanding.
Dari sekian banyak turnamen yang diikuti, bisa bertanding di lapangan rumput Wimbledon memiliki tempat istimewa di hati Aldila. Wimbledon menjadi salah satu favoritnya karena memiliki tradisi yang sangat kuat, dengan atmosfer yang menurutnya paling indah di antara turnamen lainnya. Baginya, bisa bertanding di lapangan rumput dengan pemain mengenakan pakaian putih itu memberikan kesan yang tak terlupakan.
Selain Wimbledon, Aldila juga sangat menyukai turnamen luar ruangan di Amerika Serikat. "Turnamen ini cukup dekat dengan Indonesia dan biasanya banyak orang Indonesia yang datang untuk menonton. Fasilitas di sana juga sangat bagus," tambahnya.
Tantangan Berbeda
Perjalanan Aldila Sutjiadi di dunia tenis profesional tidaklah mudah. Ia menghadapi berbagai tantangan, mulai dari tantangan pendanaan yang ia alami di masa junior hingga di level ini dengan tantangan lain yang sama-sama menuntut konsistensinya.
"Tentu saja perbedaannya sangat signifikan. Sebagai atlet, ketika kami masih junior itu kami tidak mendapat hadiah uang. Jadi, semua biaya pertandingan harus ditanggung sendiri," ungkap Aldila.
Namun semangatnya tidak pernah padam. Ia berhasil mendapatkan beasiswa penuh selama empat tahun di Amerika Serikat, yang menjadi titik balik dalam kariernya. "Setelah masa junior, saya mendapatkan beasiswa penuh selama empat tahun di Amerika Serikat, di mana semua biaya ditanggung oleh universitas," katanya.
Memasuki dunia profesional, Aldila kembali menghadapi tantangan baru. Ia harus memulai dari nol, tanpa peringkat, dan mengikuti turnamen tingkat rendah di tempat-tempat yang jarang dikunjungi. "Setelah lulus kuliah, saya baru terjun ke dunia profesional. Awalnya sangat sulit karena saya harus memulai dari nol. Tidak memiliki peringkat di dunia profesional, saya harus mengikuti turnamen tingkat rendah dan di tempat-tempat yang jarang dikunjungi orang. Waktu itu, saya pergi ke Sri Lanka dan Mesir," jelasnya.
Aldila juga harus cerdas mengatur strategi untuk bisa berpartisipasi dalam turnamen. Ia memilih turnamen di tempat-tempat yang kurang populer agar bisa masuk dalam daftar peserta.
"Jika saya mengikuti turnamen di tempat-tempat populer seperti Thailand, pasti akan ramai dan sulit untuk masuk daftar peserta. Jadi, saya harus mencari tempat yang relatif sepi agar bisa berpartisipasi dalam turnamen," tuturnya.
Harapan untuk Indonesia
Prestasi Aldila di kancah internasional dicapainya dengan jalan berliku. Ia berharap, dengan adanya petenis Indonesia yang bertanding di level global, bisa memotivasi atlet-atlet muda lainnya. Ia juga mendorong para petenis muda, terutama petenis perempuan, untuk memupuk keinginan agar bisa bertanding di WTA dan Grand Slam.
“Saya pikir peluang bagi petenis putri itu lebih tinggi daripada putra. Persaingannya pun bisa dibilang lebih terbuka bagi perempuan untuk bertanding di WTA Tour,” ujar Aldila lagi.
Meski kini Aldila berada di puncak kariernya, tantangan itu selalu ada. Di level profesional saat ini, tantangan Aldila berfokus pada konsistensi performa, mengingat persaingan yang semakin ketat.
Menurutnya lagi, dalam pertandingan seorang atlet mungkin lebih sering kalah daripada menang, namun tenis bukan hanya tentang teknik dan fisik, tetapi juga tentang mental.
“Yang paling penting adalah kemampuan untuk cepat move on. Untungnya, tenis memiliki pertandingan setiap minggu. Jadi, ketika kalah minggu ini, akan selalu ada kesempatan untuk memperbaiki diri di minggu berikutnya,” pungkasnya.
Teks & interview: Mardyana Ulva
Foto: dok. Aldila Sutjiadi