"Saya bukan pengusaha hebat, tetapi saya bisa mengantarkan anak-anak saya menjadi pengusaha hebat. Perusahaan ini baru maju pesat setelah dipegang oleh anak-anak dan tim muda,” katanya. Ketiga anaknya terjun membantu PTI. Harman membantu bidang operasional, Salman di bidang marketing sedangkan Sari yang seorang dokter spesialis kulit di Riset dan Pengembangan.
Mereka bertiga bekerja berdampingan dengan para staf yang 90 persennya generasi milenial berusia 20-an. Menurut Nurhayati, mereka membawa pembaruan besar-besaran. Mereka kreatif, inovatif serta bisa menciptakan kampanye dan tampilan produk yang modern. Di tangan merekalah, PTI tumbuh pesat.
Ibu dan anak-anak mengelola satu perusahaan tentu kerap menimbulkan pergesekan. Karena itu, tahun lalu Nurhayati sekeluarga pergi untuk belajar di sekolah bisnis INSEAD Paris. Di sana mereka mengambil kelas mengenai bisnis keluarga.
“Kami mempelajari banyak kasus perusahaan keluarga dan konflik antar pemilik. Bagaimana perusahaan keluarga bisa besar dan bertahan ratusan tahun? Kami lihat di Indonesia, perusahaan keluarga tak bertahan selama itu. Saat ini kami sedang menyusun family constitution, yakni seperangkat aturan untuk diterapkan pada anggota keluarga yang ikut mengelola PTI. Kelak cucu-cucu saya bebas mau membantu perusahaan atau tidak, tetapi yang penting sudah ada aturannya.”
Sekarang, walaupun sudah menjadi pemimpin pasar, Nurhayati berharap PTI terus bertumbuh. Tantangan masa kini baginya adalah persaingan, terutama dengan grup perusahaan multinasional yang menjadi ‘raja-raja dunia’. Produk dekoratif dan moisturizer PTI mungkin sudah menduduki peringkat pertama, tetapi mereka tetap ingin mengejar agar produk toiletries juga bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
“Menghadapi persaingan dengan produk mana pun, kuncinya adalah inovasi. Sejak 2002, anak-anak saya sudah mulai masuk ke perusahaan. Mereka dan timnya bergerak cepat memperbaiki produk dan menghadapi persaingan. Melawan produk Korea misalnya, PTI mengeluarkan Emina. Melawan produk luar lainnya juga ada Make Over. Wardah juga meluncurkan lini premium InstaPerfect. Tren kosmestik sangat cepat, jadi kami harus bisa mengikuti. Setiap tahun, kami mengeluarkan 300 produk baru. Secara rutin, kami mengadakan innovation day di kantor. Semua karyawan bebas mengeluarkan ide.”
Di usianya yang hampir 70 tahun, Nurhayati Subakat masih aktif dan semangat mempercantik perempuan Indonesia dengan produk-produk lokal. Baginya, wajah dan fisik yang terawat adalah nilai plus yang sebaiknya diusahakan. “Ada survei yang membuktikan bahwa jika orang berpenampilan baik, ia akan merasa lebih sehat. Orang sakit pun bila dirias akan merasa tambah pulih, lebih semangat. Bahkan, survei juga mengatakan bahwa orang dengan fisik yang baik mendapatkan nilai lebih tinggi di sekolah dan hukuman lebih ringan di pengadilan. Jadi, memang ada poin plus untuk orang dengan fisik terawat. Saya rasa makeup dan produk perawatan lainnya selayaknya menjadi kebutuhan utama kita,” tutur Nurhayati. (Eyi Puspita) Foto: Zaki Muhammad, Dok. Wardah.
Author
DEWI INDONESIA
RUNWAY REPORT
Laras Alam Dalam DEWI's Luxe Market: "Suara Bumi"
RUNWAY REPORT
Mengkaji Kejayaan Sriwijaya Bersama PT Pupuk Indonesia