“Hi! I’ve been doing well in self-quarantine,” sapa Raline Shah lewat pesan suara di aplikasi percakapan digital. Suaranya terdengar ceria, ringan, dan well rested ketika membalas pertanyaan Dewi tentang kabarnya selama periode karantina mandiri beberapa minggu belakangan. Lewat pesan singkat, kami menyambung lagi perbincangan hampir satu bulan sebelumnya di rumah Andra Matin—di dunia yang kini terasa begitu jauh.
Saat itu Raline bercerita tentang makna kecantikan baginya: peak health. Bahwa kecantikan adalah manifestasi dari kesehatan diri individu seutuhnya. Baik itu mental maupun fisik. “Menurut saya kesehatan itu adalah proses yang berkesinambungan. Orang harus sadar bahwa kesehatan sebenarnya nomor satu. [Sebab] tanpa kesehatan kita enggak bisa hidup dengan baik.”
Pernyataan tersebut semakin relevan sebulan setelah terlontar dari mulut perempuan kelahiran Medan itu. Kami berjumpa pertama kali Maret silam. Saat itu pandemi COVID-19 bukannya belum melanda. Akan tetapi ketika itu Jakarta masih bergerak dengan ritmenya yang biasa. Serba cepat dan bising. Dan berita-berita COVID-19 masih menjadi hal yang begitu jauh dari realitas, terlepas dari beberapa tindakan pencegahan yang diterapkan di lini-lini tertentu.
Percepat ke hari ini, Jakarta terasa begitu asing. Jalan-jalannya sepi. Bahkan lebih lengang dari saat kota ini ditinggal separuh pendatang yang mudik lebaran tiap tahun. Mal-mal kosong sebelum akhirnya tutup, entah hingga kapan. Roda ekonomi melambat dan lalu mandek di saat semua orang menjaga jarak satu dengan yang lain.
Sampai artikel ditulis, kurang lebih sudah empat minggu periode pembatasan sosial berlangsung. Sebagian besar orang berdiam diri di rumah, mengurangi interaksi fisik dengan siapa pun, membawa banyak perubahan dalam kehidupan kita. Tak terkecuali bagi Raline.
“Saya pikir saya bisa menghadapi periode jaga jarak ini dengan cukup baik,” lanjut Raline lewat pesan suara yang sama. Lepas dari personanya yang periang, Raline memiliki sisi introver yang juga memudahkannya beradaptasi dengan periode jaga jarak seperti sekarang.
Dalam prosesnya, Raline banyak merenungi berbagai hal dan mencoba mengambil hikmah dari situasi yang sulit ini. Salah satunya adalah bahwa kini ia bisa berdiam diri di satu tempat. Dua tahun terakhir Raline memang disibukkan dengan berbagai perjalanan ke berbagai penjuru dunia.
Rutinitasnya yang begitu padat itu menjadikan physical distancing salah satu hal yang sebenarnya ia butuhkan. “Tapi jadwalku belum memungkinkan untuk bisa benar-benar sendirian selama dua tahun ini. Jadi waktu ini aku gunakan sebaik mungkin untuk istirahat, meditasi, yoga, dan melakukan semua self care yang mungkin sebelumnya aku enggak punya keleluasaan untuk lakukan.” Apalagi ia kini melakukan karantina mandiri di Indonesia. “So I also appreciate that I’m back to where I come from and this is really home for me.”
Raline lalu lanjut menceritakan bagaimana kehidupannya kini menjadi begitu sederhana dan kembali ke hal-hal mendasar. Salah satunya mendekatkan kembali diri dengan keluarga. Meskipun ia menyatakan menghabiskan karantinanya benar-benar seorang diri, sekarang justru ia merasa bisa lebih menjangkau orang-orang terkasihnya satu per satu. “Saya meniatkan diri untuk menghubungi mereka setiap hari. Who to talk to everyday, who to talk to every three days, and it’s been great!”
Teks: Shuliya Ratanavara
Foto: Ig Bramantya
Pengarah Gaya: Erin Metasari
Busana: Louis Vuitton
Rias Wajah: Archangela Chelsea
Rias Rambut: Shabura
Lokasi: Kediaman Andra Matin