Di masa transisi, pascadilonggarkannya PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) di beberapa kota besar, kehidupan mulai berjalan seperti sedia kala dengan aturan-aturan baru. Pusat perbelanjaan mulai membuka pintunya untuk para pengunjung. Kendati demikian, masih banyak orang yang memilih untuk tidak ke luar rumah kecuali untuk situasi darurat. Dengan demikian, kegiatan jual-beli pun masih dominan dilakukan secara daring.
Selain berbelanja via situs resminya www.mapemall.com, MAP Fashion juga melebarkan sayapnya agar produk-produk mereka dapat menjangkau lebih banyak pelanggan. Inisiatif baru tersebut bernama Fashion From Home, di mana konsumen bisa leluasa memilih opsi channel belanja apa saja yang tersedia, melalui akun Instagram MAP Fashion (@mapfashion) atau akun Instagram merek-merek yang berada di bawah naungan MAP Fashion. Beberapa brand pilihan MAP Fashion di antaranya adalah Tommy Hilfiger, Calvin Klein Jeans, dan Marks & Spencer, serta brand non-clothing seperti Pandora, Swarovski, dan Tumi. Anda dapat berbicara langsung melalui Whatsapp dengan sales representative yang sedang berada di toko. “Seperti berbelanja dengan personal shopper,” ujar Irawati, Senior Vice President MAP Fashion dalam acara Media Gathering yang dilaksanakan via Zoom.
MAP Fashion juga membuka toko retail resmi di marketplace, di antaranya adalah Tokopedia, Shopee, Blibli dan Lazada. Melalui layanan tersebut MAP Fashion ingin memberikan kemudahan bagi konsumen yang lokasi atau domisilinya tidak memungkinkan untuk mengakses gerai retail offline MAP Fashion. “Layanan Fashion From Home dan membuka diri di marketplace online, merupakan cara kami agar tetap terhubung dengan konsumen dan pelanggan loyal kami, yang masih membutuhkan produk-produk MAP Fashion untuk menunjang gaya hidup mereka. Apalagi dengan adanya pandemi ini, perilaku konsumen dan budaya belanja pun secara perlahan mulai berubah,” Irawati lebih lanjut menjelaskan.
Adaptasi adalah kata kunci agar tetap dapat bertahan dan menghadapi tantangan ketidakpastian selama masa pandemi COVID-19 yang dihadapi warga di seluruh dunia. Tatanan bisnis dan ekonomi pun menghadapi situasi yang kini disebut sebagai low touch economy yang mengacu pada kebijakan ketat dalam menjalankan bisnis untuk mengurangi risiko kesehatan. Hal ini termasuk interaksi dengan sentuhan rendah, pertemuan terbatas, pembatasan perjalanan, dan sebagainya. Kondisi low touch economy merupakan starting point untuk semua pihak, baik produsen atau konsumen, untuk kembali beraktivitas, yang bertujuan menggerakkan roda perekonomian, dengan tetap memperhatikan protokol keamanan dan kesehatan pascapandemi. Low touch economy mewajibkan semua pihak mengutamakan faktor mitigasi kesehatan dan mematuhi peraturan publik yang sudah disepakati bersama. Termasuk yang dilakukan MAP Fashion sebagai offline leading retailer di Indonesia. (NTF) Foto: Ksenia Chernaya (Unsplash)