SukkhaCitta merilis "The Power Edit" dalam rangkaian acara private viewing pada Jumat, 23 Agustus 2024, dilanjutkan dengan rilis publik pada Rabu, 28 Agustus 2024. Koleksi kapsul ini adalah kurasi Sukkhacitta akan koleksi-koleksi mereka sebelumnya. Dengan fokus kepada power-dressing, setelan formal dirancang ulang dengan siluet yang lebih minimal, menghasilkan ansambel yang kohesif modern.
Direktur Kreatif SukkhaCitta, Anastasia Setiobudi, menjelaskan alasan di balik kurasi ini. "Dengan berkembangnya jenama kami, permintaan dari pasar global semakin meningkat," ungkap Ana, demikian sapaan karibnya, kepada DEWI. "Akan tetapi, kebanyakan justru sungkan menggunakan unsur tradisional karena tidak ingin mengapropriasi budaya Indonesia. Untuk itu, kami mendesain ulang dalam siluet yang lebih minimal, dengan nuansa tradisi yang lebih subtil."
Fokus terhadap setelan sendiri memiliki pertimbangan yang matang: Ana ingin mendayagunakan kekuatan berbusana. "Ada hari-hari ketika saya seakan ingin mengenakan baju zirah lengkap untuk menghadapi hari, sementara hari-hari lain saya ingin menyandang sesuatu yang lebih lembut... Terdapat kekuatan dalam mengenakan sesuatu yang membuat saya bisa merasa luar biasa," jelasnya.
"The Power Edit" menghadirkan konsep tailoring yang lebih rileks. Terdapat 6 setelan yang terdiri atas jas, blazer, dan rompi dalam dua warna monokromatik hitam dan putih. Koleksi "The Power Edit" didapuk dalam ready-to-wear dan kustomisasi bespoke untuk sentuhan yang lebih personal.
Sebagai jenama yang mengusung konsep "dari ladang ke lemari" dalam rantai pasok mereka, SukkhaCitta memastikan bahwa seluruh busana menggunakan bahan berkelanjutan. Seluruh koleksi menggunakan bahan dari kapas berkelanjutan dan serat eucalyptus Tencel. Warna hitam didapatkan melalui pencelupan dengan pewarna alami Sweet Indigo yang memerlukan hingga 30 kali celup untuk mendapatkan kelam pekat yang diharapkan.
Bahan-bahan dari serat alami, yang secara umum lemas, diubah menjadi setelan-setelan dengan konstruksi tegas. Kapas yang berwarna lebih kasat ditenun menjadi badan utama pakaian, sedangkan benang eucalyptus yang lebih mengkilap digunakan untuk menenun aksentuasi motif "Angkasa." Uniknya, padu-padan ini justru mengaksentuasi motif-motif tiga dimensi dari tenunan berteknik jacquard.
Ana bersikap transparan dengan mengakui bahwa pelapis setelan didapatkan secara komersial, bukan dikriya oleh SukkhaCitta sendiri. Akan tetapi, mereka tetap memastikan bahwa pelapis dibuat dari katun yang dapat dilacak sumbernya. Sesuai komitmen mereka, SukkhaCitta tetap bertanggung jawab bahwa busana yang mereka cipta memiliki dampak kelingkungan minimal.
Kurasi "The Power Edit" bisa didapatkan secara langsung maupun dipesan personal di butik SukkhaCitta, ASHTA District 8 Jakarta.
Teks: AKIB ARYOU
Dok. Foto: SUKKHACITTA (Fotografer: M. FADLI/Stylist: IMELDA UNTORO)
Topic
SukkhaCittaAuthor
DEWI INDONESIA
RUNWAY REPORT
Laras Alam Dalam DEWI's Luxe Market: "Suara Bumi"
RUNWAY REPORT
Mengkaji Kejayaan Sriwijaya Bersama PT Pupuk Indonesia