Panggung JFW Center Stage dibuka dengan eksplorasi ragam gaya memakai kain tradisional bersama komunitas Remaja Nusantara. Pada sesi ini, ada Jason Verrel (community manager dari Remaja Nusantara dan juru wastra Swara Gembira) dan Myura Blessya Vevanya (anggota dari komunitas Remaja Nusantara dan bagian dari juru busana pergelaran Swara Gembira) yang menghadirkan demonstrasi langsung teknik berkain.
Demo Kain Remaja Nusantara: Wiru Jawa dan Gaya Bali
Menurut Jason, ada dua gaya berkain yang paling sering digunakan dalam keseharian, yaitu gaya Wiru Jawa dan gaya Bali. Jason menggambarkan Wiru Jawa sebagai gaya yang leluasa, yang menciptakan siluet ramping, dan tidak ribet. Ia menekankan bahwa model ini mampu menonjolkan siluet pemakainya, membuat penampilan lebih anggun tanpa terkesan berlebihan.
Meski demikian, Jason juga mengakui bahwa ada tantangan dalam mempelajari gaya ini, terutama bagi mereka yang baru mulai berkain. Namun, bagi yang sudah terbiasa, gaya ini bisa menjadi pilihan utama untuk tampil elegan dan praktis.
“Butuh penyesuaian dan usaha lebih untuk terbiasa, apalagi ada beberapa pantangan yang mungkin bikin orang ragu untuk mulai,” tambahnya. “Tapi dengan latihan, gaya ini bisa menjadi pilihan utama untuk tampil elegan dan praktis.”
Selanjutnya, Jason mendemonstrasikan gaya Bali. Ia menyebut bahwa pada gaya ini, kain selalu diikat dengan kuat agar kain tetap kencang dan rapi. Keunikan dari gaya Bali juga terletak pada atasan berupa kemben dan pemakaian slendang (senteng) sebagai pelengkap busana yang sering dipakai oleh perempuan Bali.Berkain: Gaya Versatile untuk Berbagai Gender
Sesi interaktif dengan audiens memberikan kesempatan untuk menggali lebih dalam tentang mengkespresikan diri melalui styling berkain. Salah satu pertanyaan yang diajukan adalah mengenai perbedaan gaya berkain untuk laki-laki dan perempuan. Jason menyampaikan bahwa gaya berkain tidak mengenal batasan gender. Ia menyemangati audiens untuk tidak terlalu terikat pada aturan.
“Perbedaannya hanya pada detail kecil seperti arah lilitan kain. Namun, esensi dari berkain adalah kebebasan berekspresi,” jelasnya
Pembahasan lain yang tak kalah menarik yaitu tentang filosofi kain. Ada kalanya penggemar kain memakai kain pada gaya berbusana mereka sehari-hari tanpa memahami filosofi di baliknya. Myura dan Jason sepakat dalam hal ini, yaitu bahwa pakem filosofi tertentu dalam berkain di era modern ini sudah lebih cair. Pemakaian kain tradisional seperti batik dengan motif tertentu di lingkungan Keraton Jawa, misalnya, memang mengharuskan penggunanya taat aturan-aturan tertentu, tetapi secara umum, berkain pada dasarnya merupakan medium berekspresi sehingga lebih demokratis.
"Berkain itu bebas. Ikuti saja preferensi gaya berbusana kita masing-masing, yang penting nyaman dan percaya diri,” pungkas Jason
Remaja Nusantara merupakan komunitas berkain yang dinaungi oleh Swara Gembira. Komunitas ini menggagas kampanye berkain untuk memperkenalkan gata berkain untuk keseharian sejak tahun 2020. Bagi Remaja Nusantara berkain adalah ekspresi kebebasan. Dari kain Wiru Jawa hingga gaya Bali, berkain bukan hanya soal tradisi, tapi juga soal kenyamanan dan kreativitas.
Teks: Riza Arya (FLUI Media)
Foto: Dok. FLUI Media
Editor: Mardyana Ulva (DEWI Magazine)