Sejak memenangi kompetisi Lomba Perancang Mode 1979, Samuel Wattimena hingga kini masih berkarier sebagai seorang desainer mode. Dengan karier yang terbentang sepanjang 40 tahun, Samuel selalu berupaya mendefinisikan apa itu gaya Indonesia melalui rancangan pakaiannya.
Samuel menggelar peragaannya secara virtual dengan diinisiasi oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia di Korea Selatan. Dalam tajuk “An Exotic Journey to Nusantara ,” Samuel mempersembahkan koleksi retrospeksinya dalam konsep sustainable fashion dan zero waste.
Kali ini, bekerjasama dengan The Palace, Samuel juga menyajikan koleksi perhiasan bertajuk Nusantara. Seri koleksi ini sendiri sudah memasuki tahun ke-4. Sejak pertama kali meluncur di 2017. Bermula dari 20 model perhiasan seri Nusa, kini telah mencapai 86 model perhiasan dari tambahan seri baru, yakni Anta dan Tara.
Koleksi ini sendiri terinpirasi dari siluet aksesoris tradisional Indonesia yang dihadirkan kembali dengan tampilan modern tanpa meninggalkan roso dan filosofi yang memperkaya aksesoris aslinya. Pada seri Nusa, Samuel Wattimena terinspirasi dari siluet pending. Pending sebenarnya merupakan aksesoris pakaian berbentuk kepala ikat pinggang yang awam dilihat pada pakaian tradisional Indonesia bagian Barat, tepatnya Sumatera.
Menurut Notty J Mahdi, antropolog dari Forum Kajian Antropologi Indonesia, yang mendampingi The Palace dalam menelusuri filosofi dari setiap koleksi Nusantara, menyampaikan pending biasa dipakai pada saat upacara pernikahan dan perayaan hari besar lainnya, seperti Imlek dan Cap Go Meh. Pada awalnya, pending berbentuk bulat atau oval dengan filosofi agar rezeki dan kebahagiaan terus berputar. Dalam koleksi perhiasan Nusantara, perhiasan ini mewujud antara lain dalam bentuk kalung dan gelang.
Sedangkan, seri Anta terinspirasi oleh perhiasan khas Sumba, mamuli dan marangga, yang mewakili warisan tradisi Indonesia bagian tengah. Mamuli berbentuk menyerupai mata pena di bagian atasnya dan mengecil di bagian bawah dengan aneka ornamen di sekitarnya. Mamuli dikenakan di telinga sekaligus menjadi penanda identitas perempuan, kesuburan, rahim yang melahirkan generasi penerus.
Dalam seri Tara, Samuel menggali inspirasi dari perhiasan yang dapat ditemukan di Indonesia bagian timur, khususnya Maluku, yakni mas bulan base, belak, dan pepek soriti. Belak ialah tanda cinta laki-laki yang dibawa pada sang kekasih saat melamar. Dalam seri ini diwujudkan dengan apik dalam aneka motif berlapiskan emas yang berpadu berlian.
“Untuk ke depannya, kami sedang mengeksplorasi untuk menambah keindahan koleksi ini dengan material Precious Stone seperti Rubi dan Saphir,” kata General Manager The Palace Jeweler Jelita Setifa. Jelita menambahkan bahwa The Palace memenuhi kebutuhan orang yang berbeda-beda, tetapi tetap dapat mempresentasikannya secara classy. “Sebuah koleksi yang dapat dikenakan di manapun dengan gaya berpakaian apapun dengan tetap mengedepankan keindahan bentuk dan warisan filosofi Nusantara,” kata Jelita. (SJH) Foto: The Palace
Samuel menggelar peragaannya secara virtual dengan diinisiasi oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia di Korea Selatan. Dalam tajuk “An Exotic Journey to Nusantara ,” Samuel mempersembahkan koleksi retrospeksinya dalam konsep sustainable fashion dan zero waste.
Kali ini, bekerjasama dengan The Palace, Samuel juga menyajikan koleksi perhiasan bertajuk Nusantara. Seri koleksi ini sendiri sudah memasuki tahun ke-4. Sejak pertama kali meluncur di 2017. Bermula dari 20 model perhiasan seri Nusa, kini telah mencapai 86 model perhiasan dari tambahan seri baru, yakni Anta dan Tara.
Koleksi ini sendiri terinpirasi dari siluet aksesoris tradisional Indonesia yang dihadirkan kembali dengan tampilan modern tanpa meninggalkan roso dan filosofi yang memperkaya aksesoris aslinya. Pada seri Nusa, Samuel Wattimena terinspirasi dari siluet pending. Pending sebenarnya merupakan aksesoris pakaian berbentuk kepala ikat pinggang yang awam dilihat pada pakaian tradisional Indonesia bagian Barat, tepatnya Sumatera.
Menurut Notty J Mahdi, antropolog dari Forum Kajian Antropologi Indonesia, yang mendampingi The Palace dalam menelusuri filosofi dari setiap koleksi Nusantara, menyampaikan pending biasa dipakai pada saat upacara pernikahan dan perayaan hari besar lainnya, seperti Imlek dan Cap Go Meh. Pada awalnya, pending berbentuk bulat atau oval dengan filosofi agar rezeki dan kebahagiaan terus berputar. Dalam koleksi perhiasan Nusantara, perhiasan ini mewujud antara lain dalam bentuk kalung dan gelang.
Sedangkan, seri Anta terinspirasi oleh perhiasan khas Sumba, mamuli dan marangga, yang mewakili warisan tradisi Indonesia bagian tengah. Mamuli berbentuk menyerupai mata pena di bagian atasnya dan mengecil di bagian bawah dengan aneka ornamen di sekitarnya. Mamuli dikenakan di telinga sekaligus menjadi penanda identitas perempuan, kesuburan, rahim yang melahirkan generasi penerus.
Dalam seri Tara, Samuel menggali inspirasi dari perhiasan yang dapat ditemukan di Indonesia bagian timur, khususnya Maluku, yakni mas bulan base, belak, dan pepek soriti. Belak ialah tanda cinta laki-laki yang dibawa pada sang kekasih saat melamar. Dalam seri ini diwujudkan dengan apik dalam aneka motif berlapiskan emas yang berpadu berlian.
“Untuk ke depannya, kami sedang mengeksplorasi untuk menambah keindahan koleksi ini dengan material Precious Stone seperti Rubi dan Saphir,” kata General Manager The Palace Jeweler Jelita Setifa. Jelita menambahkan bahwa The Palace memenuhi kebutuhan orang yang berbeda-beda, tetapi tetap dapat mempresentasikannya secara classy. “Sebuah koleksi yang dapat dikenakan di manapun dengan gaya berpakaian apapun dengan tetap mengedepankan keindahan bentuk dan warisan filosofi Nusantara,” kata Jelita. (SJH) Foto: The Palace