Fashion Force Award tahun ini kembali hadir di pergelaran Jakarta Fashion Week (JFW). Setelah melalui tahap kurasi, terpilih delapan jenama yang menjadi finalis dan dibagi ke dalam dua kategori, yaitu ready to wear (RTW) dan aksesori. Ada empat jenama lokal di kategori RTW, yaitu tokodidiyo, Hotel, Othman, dan SASSH. Sementara itu di kategori aksesori ada PEAU, MTW, ÉGON, Jewel By Bepe Atelier.
Memasuki babak penjurian pertama yang berlangsung di Semaja by ISMAYA, para juri akan menilai berbagai aspek dari brand yang berpartisipasi, termasuk desain dan bisnis. Dewi Magazine berkesempatan untuk berbicara dengan dua anggota juri, Aquinaldo (fashion content creator) dan Monica Ester (Sonderlab), untuk mengetahui lebih dalam tentang proses penjurian dan kriteria penilaian.
Peserta yang Unik dan Beragam
Tahun ini, Fashion Force Competition menghadirkan peserta yang unik dan beragam, dengan latar belakang dan ciri khas yang berbeda. Hal ini disampaikan oleh Monica Ester, yang juga menyampaikan antusiasmenya ketika dirinya diper”aya menjadi salah satu juri di kompetisi mode ini.
“Tentunya saya sangat berterima kasih atas kesempatan yang diberikan JFW pada saya. Saya harap dengan adanya insight dari saya di bidang bisnis, semua brand yang ikut Fashion Force Award tahun ini dan seterusnya bisa lebih kreatif mengembangkan brand dari segi bisnis, jadi nggak hanya dari segi desainnya saja,” ungkap Monica.
Selain itu, Monica juga mengutarakan harapannya bahwa masukan yang ia berikan dapat membantu para peserta Fashion Force Award ini mencapai kesuksesan di kancah internasional. Ia percaya bahwa industri fashion Indonesia memiliki potensi yang besar untuk bersaing di tingkat global.
Fokus pada Sustainability
Aquinaldo di sisi lain, menambahkan tentang sustainability dalam industri fashion. Menurut pengamatannya, sebagian besar dari label yang berpartisipasi di Fashion Force tahun ini pun sudah mengangkat topik itu. Sebagai contoh, ia menyebut Toko Didiyo sebagai brand yang memiliki potensi besar untuk berkembang, terutama karena fokusnya pada isu keberlanjutan.
"Kalo buat apparel, buatku yang favorit itu Toko Didiyo. Karena dia punya value soal sustainability yang diangkat. Mereka ada hand crafting di koleksi mereka, melibatkan perajin lokal juga," ujar Aquinaldo.
Aquinaldo terkesan dengan cara Toko Didiyo memanfaatkan bahan sisa (upcycling) untuk menciptakan produk yang unik dan bernilai. Ia melihat proses upcycling ini bukan hanya sebagai cara untuk mengurangi limbah, tetapi juga sebagai bentuk dukungan terhadap komunitas perajin lokal.
Tim juri pada Fashion Force Awards tahap satu ini melibatkan empat orang. Selain Aquinaldo dan Monica Ester, ada pula Andandika Surasetja (Creative Director JFW dan Content Director Majalah DEWI), serta Lisa Malonda (Representatif Istituto Marangoni untuk Indonesia). Setelah ini, para finalis masih akan mengikuti penjurian tahap dua dan menampilkan koleksi mereka di runway JFW 2025 yang akan dihelat pada Rabu, 23 Oktober 2023 pada pukul 21.00 di City Hall Pondok Indah Mall 3. (MAR)
Foto: dok. Jakarta Fashion Week
Topic
fashionAuthor
DEWI INDONESIA
RUNWAY REPORT
Laras Alam Dalam DEWI's Luxe Market: "Suara Bumi"
RUNWAY REPORT
Mengkaji Kejayaan Sriwijaya Bersama PT Pupuk Indonesia