Pandemi yang tak kunjung berakhir membuat siapapun seolah berada di persimpangan jalan. Memilih antara kanan atau kiri tanpa tahu tujuan akhir yang pasti. Tak terkecuali bagi Direktur Kreatif Kenzo Felipe Oliviera Baptista. Di tengah arus perputaran fashion yang masih belum normal, tanpa pagelaran besar di New York Fashion Week secara tatap muka, pergolakan ide untuk menampilkan sesuatu yang manis dan mudah diingat menjadi hal pertama agar Kenzo menjadi penyintas pailitnya rumah mode di kala pandemi.
Tanpa ragu, Felipe Oliveira Baptista langsung terinspirasi oleh era kejayaan Kenzo Takada di tahun 1970-an hingga 1980-an. Mengusung warna-warna solid dengan garis desain geometris sebagai daya tarik. Tak ketinggalan corak-corak berani yang menjadi karakteristik Kenzo selama ini. Gaya desain Takada yang mengutamakan keseimbangan fungsi dan desain yang praktis membuat Baptista terus berpikir untuk kembali membawa masa-masa emas itu ke dalam musim baru yang menuntut fashion agar lebih dinamis.
Hasilnya, ia menciptakan kolaborasi penuh intrik antara warisan Takada dan gagasan baru dirinya. Perpaduan corak dan warna berani dengan potongan oversized dan aksesori bold, rasanya sudah cukup membuat ribuan pasang mata terpesona meski hanya menyaksikan secara virtual.
Selebrasi dan bukan apresiasi adalah kalimat yang ia tekankan dalam koleksi ini. Sepeninggalan Kenzo Takada Oktober tahun lalu berbarengan dengan pandemi yang masih terus larut, Baptista kembali mengajak untuk tetap bergembira agar duka tak berlarut lama. Konsep yang tepat dan dapat dijadikan pedoman arah bagi rumah mode ini dalam memasuki era baru tanpa Takada dan sebuah normal yang baru secara global. (JE) Foto: Kenzo
Tanpa ragu, Felipe Oliveira Baptista langsung terinspirasi oleh era kejayaan Kenzo Takada di tahun 1970-an hingga 1980-an. Mengusung warna-warna solid dengan garis desain geometris sebagai daya tarik. Tak ketinggalan corak-corak berani yang menjadi karakteristik Kenzo selama ini. Gaya desain Takada yang mengutamakan keseimbangan fungsi dan desain yang praktis membuat Baptista terus berpikir untuk kembali membawa masa-masa emas itu ke dalam musim baru yang menuntut fashion agar lebih dinamis.
Hasilnya, ia menciptakan kolaborasi penuh intrik antara warisan Takada dan gagasan baru dirinya. Perpaduan corak dan warna berani dengan potongan oversized dan aksesori bold, rasanya sudah cukup membuat ribuan pasang mata terpesona meski hanya menyaksikan secara virtual.
Selebrasi dan bukan apresiasi adalah kalimat yang ia tekankan dalam koleksi ini. Sepeninggalan Kenzo Takada Oktober tahun lalu berbarengan dengan pandemi yang masih terus larut, Baptista kembali mengajak untuk tetap bergembira agar duka tak berlarut lama. Konsep yang tepat dan dapat dijadikan pedoman arah bagi rumah mode ini dalam memasuki era baru tanpa Takada dan sebuah normal yang baru secara global. (JE) Foto: Kenzo