Betapa pilu hati Ibu Pertiwi ketika benda kulturalnya diakui sebagai milik negara lain. Warisan nenek moyang tersebut seakan terenggut karena kelalaian sendiri yang tak ambil pusing soal pencatatan dan kekayaan intelektual. Saat berkarya di industri kreatif, fakta tentang kekayaan intelektual menjadi hal yang sering dinomorduakan. Padahal industri ini yang paling rentan kecolongan ditiru dan diklaim oleh pihak lain. Ujungnya, perjuangan mengakui karya itu menjadi lebih rumit dan harus menempuh jalur hukum serta proses panjang.
Berdasar pada hal tersebut, pencatatan kekayaan intelektual dirasa penting bagi Tulola. Sebagai merek perhiasan terkemuka dan terdepan di Tanah Air yang menjunjung tinggi warisan budaya Nusantara, tak ada yang lebih penting selain sebuah pustaka. Terlebih menurut Franka Franklin-Makarim, Co-Founder Tulola, data adalah hal legit yang paling kuat untuk sebuah klaim.
Pustaka Tulola ini merupakan upaya pencatatan motif kultural Nusantara, teknik adiluhung, kisahan mitos, legenda, dan sastra Indonesia, inovasi desain terkini, berikut ide-ide kreatif lintas bidang dari para pendirinya yaitu Sri Luce-Rusna dan Happy Salma. Tak tanggung-tanggung, sejak proses pencatatan Tulola telah mengumpulkan ratusan motif hasil karyanya.
Merayakan lahirnya Pustaka Tulola, sebuah koleksi spesial dipersembahkan. Koleksi ini menjadi sebuah koleksi yang amat berarti bagi kubu Tulola. Untuk pertama kalinya mereka berkolaborasi dengan seniman ukir keris yakni I Made Pada yang telah mendedikasikan dirinya selama lebih dari 35 tahun dalam bidang seni ukir emas dan perak untuk perhiasan Barong Suci, Keris, dan Pratima (benda sakral) bagi sesuhunan (dewata dan leluhur) di berbagai Pura di Bali.
Happy Salma mengaku begitu jatuh cinta dengan karya I Made Pada yang terkenal sangat detail, tegas, rapi dan halus. Lalu ia menceritakan hal ini kepada kedua rekannya dan segera bertemu dengan Sang Maestro untuk berkolaborasi. Namun, satu hal tak terduga dan didapat dari I Made Pada adalah inspirasi ketenangan jiwa di saat mengerjakan tiap proses kreatifnya. Dari sinilah koleksi “Pustaka Tulola: Ketenangan Jiwa” berakar.
Proses pembuatan perhiasan yang terangkum dalam koleksi ini juga istimewa. Memadukan teknik, unsur bahan-bahan alami motif tradisional dan teknik tatahan khas I Made Pada kemudian diselesaikan dan dipercantik di studio Tulola. Koleksi yang terdiri dari anting, kalung, gelang, bros, dan sirkam ini juga disempurnakan dengan adanya benda seni keris yang menjadi mahakarya Pustaka Tulola: Ketenangan Jiwa kali ini.
Kolaborasi keduanya makin apik ketika Gusti Dibal Ranuh merekam secara puitik visualisasi proses pembuatannya dalam sebuah film pendek yang menyejukkan mata dan batin. Koleksi ini dipamerkan secara langsung di Savyavasa, Jakarta dan sudah dapat dipesan di seluruh butik Tulola Jewelry dengan sistem pre-order dan jumlah yang sangat terbatas.
JESSICA ESTHER
Foto: Tulola