Dua belas desainer Ikatan Perancang Mode Indonesia (IPMI) menampilkan karya bertema gaun pengantin dalam satu panggung di hari kelima Jakarta Fashion Week (JFW) 2023, 28 Oktober 2022. Show yang disponsori oleh InterContinental Jakarta Pondok Indah ini memberikan kesempatan untuk masing-masing desainer untuk menampilkan tiga karya mereka dalam tema tersebut, namun tetap menampilkan kekhasan karakter tiap desainer.
Sentuhan Tradisional
Show dibuka dengan tiga gaun pengantin rancangan Era Soekamto yang diiringi suara alunan gamelan. Kebaya dan kain batik putih mengilap, sepatu putih, serta tudung putih yang terbentang menghadirkan suasana magis dan sakral. Tidak lupa juga dengan riasan tradisional yang khas untuk pernikahan, yaitu ronce melati di rambut yang sudah disanggul. Selain itu, Era juga menampilkan potongan kebaya yang seolah-olah membentuk jubah teruntai panjang.
Dilanjutkan oleh koleksi rancangan Ghea Panggabean yang menampilkan gaun tradisional khas pengantin Bali. Ghea memilih menonjolkan warna keemasan yang dikombinasikan dengan warna putih untuk seluruh rancangannya. Detail kemben, selendang, dan kain songket Bali dikreasikan dengan sentuhan bordir emas khas Ghea dalam bahan Chiffon dan Thai Silk.
Desainer lainnya yang juga menampilkan sentuhan tradisional dalam rancangannya adalah Denny Wirawan. Ia mengkreasikan kain songket Bali dengan kebaya brukat yang dipadukan dengan potongan luaran seperti jubah yang terbuat dari bahan sutra dan organza. Ia juga menampilkan aksesori berupa buckle, subeng, dan aksesori rambut berbentuk bunga berbahan perak yang dilapisi emas asli hasil pengrajin lokal Bali.
Gaya Oriental
Selain gaun pengantin dengan sentuhan tradisional, beberapa desainer juga menghadirkan rancangan yang terinspirasi dari pernikahan oriental. Priyo Oktaviano dan Danny Satriadi merupakan desainer yang mempresentasikan sentuhan ini pada show IPMI tersebut.
Priyo Oktaviano menghadirkan gaun pengantin dengan potongan cheongsam yang memiliki nuansa putih keemasan. Siluet semi mermaid yang ditampilkan membuat gaun ini terlihat feminin dan dikombinasikan dengan potongan backless sehingga menjadi lebih mewah dan elegan.
Danny Satriadi mengangkat kebudayaan Jepang dalam rancangan gaun pengantinnya. Danny menggunakan kain koleksi pribadinya yang ia dapat dari Jepang untuk ditambahkan ke dalam rancangan ini. Agar tidak ada kain koleksi yang dipotong, teknik draping dan origami menjadi pilihannya. Kain Jepang yang ia gunakan memiliki warna alam yang hangat, seperti hijau, kuning, oranye, dan cokelat yang dipadukan dengan kain putih. Kain-kain ini dihiasi dengan bordir dan ornamen khas Jepang.
Modern dan Elegan
Liliana Lim membawakan rancangan yang sederhana dan elegan dengan gaun putih yang tak menjuntai sampai ke lantai. Kain dari gaun ini dibiarkan polos tanpa payet sama sekali, namun dipadukan dengan kerudung putih dan sarung tangan. Gaun ini dibuat dengan teknik Moulage, atau teknik teknik membuat busana langsung pada patung atau badan model, tanpa menggunakan pola yang dibuat di kertas terlebih dahulu. Sebagai bonus, Liliana juga menunjukkan rancangan gaun pengantin berbahan tulle dengan siluet A-line yang terinspirasi dari Hanbok Korea yang indah.
Eridani menampilkan gaun pengantin yang sangat kasual dan sederhana dengan model long coat putih. Coat tersebut dikombinasikan dengan celana serta rok tulle putih. Ada juga blazer putih yang dipadukan dengan rok tulle berbentuk seperti rok tutu panjang sehingga menampilkan siluet A-line bagi pemakainya.
Futuristik
Chossy Latu yang kerap membawakan koleksi dengan bertemakan gaya Eropa, kali ini mengkombinasikannya dengan gaya futuristik. Ia memilih untuk menggunakan warna perak untuk rancangannya dan mendekonstruksi gaun pengantin menjadi potongan jumpsuit halter neck yang dipadukan dengan detail bulu dan sarung tangan. Selain itu, ada juga potongan crop top berbahan renda yang dipadukan dengan luaran metalik dengan payetan. Tidak lupa aksesori topi bulat ala Eropa yang memberikan kesan futuristik dan modern.
Warna keperakan juga bermunculan dalam rancangan Andreas Odang. Andreas menghadirkan potongan berstruktur mengikuti bentuk motif kain brukat yang digunakannya. Siluetnya tegas dan tinggi di bagian bahu ke leher sehingga menyerupai kostum dalam film sci-fi. Rambut para model juga ditata dengan kepang panjang yang memberikan nuansa surreal.
Gaya Victorian Baru
Ivan Gunawan membawakan gaun pengantin dengan siluet yang sangat seksi. Dengan menggunakan material seamless dengan bordir bunga, gaun rancangannya memberikan kesan feminin namun tetap mewah. Ivan juga memadukan gaun rancangannya dengan korset ala Victorian, serta siluet slim dan belahan tinggi.
Sebastian Gunawan menghadirkan gaun pengantin yang mengembang dengan lapisan tulle lembut. Ia juga memasukkan unsur keemasan dalam bahan renda yang dipilihnya. Sebastian berfokus pada siluet dan lipatan kain yang digunakannya, yang dilengkapi dengan tali, hiasan mutiara dan detail perak, dan satin Italia yang saling menumpuk satu sama lain. Pemilihan kain tulle juga didasari pada kualitasnya yang transparan dan ringan: halus namun kuat.
Didi Budiarjo sebagai penutup peragaan IPMI, menampilkan gaun pengantin bergaya Eropa dengan mengadaptasi desain di bagian leher yang penuh ruffle serta lengan yang plumpy. Tak hanya itu, bagian bawah gaunnya pun juga didesain mengembang, membentuk siluet A-line dengan potongan tinggi di bagian perut bagian atas.
CARRA NETHANIA
Editor: Mardyana Ulva
Foto: Jakarta Fashion Week