British Council Persembahkan Parade Busana Rinda Salmun dan Ed Marler di Jakarta Fashion Week 2016
British Council bersama dengan Bridge Fashion Asia dengan bangga mempersembahkan dua talenta desainer dalam ajang Jakarta Fashion Week 2016. Parade busana persembahan British Council ini dibuka dengan penampilan dari desainer Rinda Salmun yang berhasil mengguncang panggung JFW. Rinda Salmun yang merupakan desainer dan pelukis asal Indonesia namun berbasis di kota London ini memang memiliki kegemaran dalam bidang fashion. Pengalamannya di industri mode Indonesia maupun mancanegara pun sudah tidak dapat dipungkiri lagi.
Deretan koleksi yang terlihat eksentrik pada parade JFW 2016 ini seakan dapat membangkitkan gelora jiwa muda. Ditambah dengan dentuman music pop rock yang mengalum selama parade berlangsung. Tidak hanya didominasi oleh warna hitam, warna – warna pastel pada ilustrasi pun terlihat menghiasi beberapa bagian dari busana busana yang ditampilkan. Sebuah perpaduan kontras yang ternyata dapat diserasikan dengan cara yang apik.
Sedangkan rancangan Ed Marler, yang dikenal dengan keunikan dan karakternya yang kuat. Karya- karyanya banyak mengambil dan menggabungkan berbagai material, tekstur serta warna. Pada parade kedua, rancangan Ed Marler telah membuktikan pernyataan tersebut. Busana- busana yang diperagakan memang menggambarkan betul keberaniannya dalam mengeksplorasi posibilitas dalam berkarya. Rancangan yang tak biasa dengan gaya styling yang cuek membuat koleksi karyanya menjadi koleksinya sebuah “keanehan” yang mempesona. Tak hanya busana untuk wanita saja, busana untuk pria pun dihadirkan pada parade ini.
Dua talenta yang sama sama memiliki keunikan namun ternayata dapat dipersatukan, karena kedua talenta desainer ini memiliki kesamaan yakni kebebasan dan keberanian dalam menghasilkan koleksi busana. Sepertinya tiada batasan yang mampu menghadang mereka dalam merancang sebuah busana. (KAR) Foto: Dok. Jakarta Fashion Week
Deretan koleksi yang terlihat eksentrik pada parade JFW 2016 ini seakan dapat membangkitkan gelora jiwa muda. Ditambah dengan dentuman music pop rock yang mengalum selama parade berlangsung. Tidak hanya didominasi oleh warna hitam, warna – warna pastel pada ilustrasi pun terlihat menghiasi beberapa bagian dari busana busana yang ditampilkan. Sebuah perpaduan kontras yang ternyata dapat diserasikan dengan cara yang apik.
Sedangkan rancangan Ed Marler, yang dikenal dengan keunikan dan karakternya yang kuat. Karya- karyanya banyak mengambil dan menggabungkan berbagai material, tekstur serta warna. Pada parade kedua, rancangan Ed Marler telah membuktikan pernyataan tersebut. Busana- busana yang diperagakan memang menggambarkan betul keberaniannya dalam mengeksplorasi posibilitas dalam berkarya. Rancangan yang tak biasa dengan gaya styling yang cuek membuat koleksi karyanya menjadi koleksinya sebuah “keanehan” yang mempesona. Tak hanya busana untuk wanita saja, busana untuk pria pun dihadirkan pada parade ini.
Dua talenta yang sama sama memiliki keunikan namun ternayata dapat dipersatukan, karena kedua talenta desainer ini memiliki kesamaan yakni kebebasan dan keberanian dalam menghasilkan koleksi busana. Sepertinya tiada batasan yang mampu menghadang mereka dalam merancang sebuah busana. (KAR) Foto: Dok. Jakarta Fashion Week
Author
DEWI INDONESIAARTIKEL LAINNYA
Koleksi kolaborasi bersama Shalom Razade ini juga merangkul setiap perempuan dari berbagai kalangan, termasuk atlet Asian Para Games. ...
Secara global, desainer perempuan masih menjadi pelaku minoritas dalam industri mode yang secara mayoritas menyasar perempuan sebagai konsumen utama. Kemampuan berbagi peran dalam skala domestik, mana...
