Tantangan di dunia retail rupanya kian berat, bahkan untuk perusahaan ritel sekelas Barneys New York. Peritel barang-barang mewah tersebut akhirnya menyatakan diri bangkrut setelah kesulitan menjaga marjin laba akibat harga sewa tempat yang terus meroket, sementara jumlah pembeli terus merosot.
Salah satu pukulan keras bagi peritel legendaris ini adalah melonjaknya harga sewa toko Barneys Newyork di Madison Avenue dari US$16 juta menjadi US$30 juta. Mereka pun berencana memperkecil toko cabang Manhattan mereka itu untuk mengakali harga sewa yang naik lebih dari tiga kali lipat.
“Seperti banyak pelaku di industri ini, kondisi keuangan Barneys New York saat ini sangat terpengaruh keadaan bisnis ritel yang kian menantang dan harga sewa yang naik lebih cepat ketimbang permintaan barang oleh konsumen,” kata CEO Barneys Daniella Vitale dalam pernyataan tertulis.
Barneys juga akan menutup 15 toko cabang dan 7 gudang mereka. Beberapa toko yang akan ditutup terletak di Cichago, Las Vegas, dan Seattle. Adapun perusahaan ritel ini tetap akan mempertahankan toko-toko mereka di New York (Madison Avenue dan Downton), California (Beverly Hills dan San Francisco), dan Boston (Copley Place).
Kini ikon peritel barang mewah itu akan melakukan restrukturasi hutang-hutang dan kondisi keuangannya. Untuk sementara, bisnis Barneys tetap bisa berjalan dengan suntikan dana sebesar US$75 juta, atau sekitar Rp1 triliun, dari perusahaan penjamin keuangan Hilco Global dan perusahaan investasi Gordon Brothers Group.
Ini bukan kali pertama Barneys New York menyatakan kebangkrutan. Seperti dilansir Business of Fashion, pada 1996, peritel mewah ini pernah pula menyatakan kebangkrutan setelah kerja sama yang gagal dengan rekanan dari Jepang. (Teks: Shuliya Ratanavara/Foto: Dok. Istimewa)
Topic
FashionAuthor
DEWI INDONESIA
FOOD & TRAVEL
CASA CUOMO, Simfoni Kuliner Italia di Jakarta