“Barli meninggal,” kata Pemimpin Redaksi Dewi Margaretha Untoro di tengah meeting virtual pada Kamis, 27 Agustus 2020. Kabar itu membuat saya setengah menjerit tak percaya. Rasanya seperti baru kemarin menerima undangan peragaan Barli yang digelar di ruang terbuka di kawasan Jakarta Selatan awal tahun ini.
Saya juga sempat melihat bagaimana upaya Barli Perdana Asmara untuk berpindah segmen dari merancang adibusana menjadi bisnis ready-to-wear yang lebih bisa dijangkau oleh banyak orang. “Saat ini, digital memang jadi sangat penting,” kata Barli dalam sebuah kesempatan wawancara di tahun 2017.
Itu dia buktikan dengan merintis Barliasmara.id ataupun juga kolaborasinya dengan desainer Dian Pelangi melalui Pelangiasmara.id yang keseluruhannya berbasis digital. Model bisnis ini juga berhasil menjangkau banyak orang yang tadinya berada di luar radar konsumen Barli yang sebelumnya kebanyakan berkutat pada koleksi gaun.
Belum lama juga saya sempat melihat peragaan Barli di Jakarta Fashion Week 2020 dengan Daliatex. Ataupun sejumlah peragaannya yang seringkali disponsori oleh Wardah hingga ke New York.
Terakhir, Barli ingin menggelar sebuah peragaan tunggal yang menjadi impiannya di sebuah museum. Sebuah rencana yang sebenarnya sudah matang, tapi entah mengapa tertunda pelaksanaannya hingga kini. Ada banyak orang yang dia ajak bicara soal rencana ini, dan tentu banyak sekali yang menantikan.
Dewi pun pernah mendapuk Barli sebagai salah satu kesatria mode dalam Dewi Fashion Knight 2008 dan 2009. Ketika itu, Barli sukses menciptakan koleksi yang mencengangkan dari eksplorasinya terhadap teknik jahit smock. Koleksi itu mengukuhkan namanya pada jajaran desainer muda berbakat.
Barli dan Adesagi Kirana pada Oktober 2010 kemudian dilantik sebagai anggota baru Ikatan Perancang Mode Indonesia. Barli juga dikenal sebagai persona yang sangat hangat pada semua orang yang dikenalnya, siapapun dia.
Saya pernah mengkritik Barli dalam salah satu koleksinya di tahun 2014. Saya menyebut koleksinya yang bertajuk Royal Javanese itu berlebihan dengan konde gigantis yang menambah ekstra tampilan keseluruhan set gaun malamnya dalam IPMI Trend Show 2014 itu.
Barli bisa jadi bukan desainer yang paling sempurna di Indonesia saat ia tutup usia pada umur 42 tahun. Tapi, dia merupakan salah satu bakat berharga di ranah mode Indonesia yang sukses menginspirasi banyak orang. Selamat jalan Mas Barli. (SUBKHAN J. HAKIM)