Ajak Masyarakat Lebih Peduli Isu Sampah Tekstil, Sejauh Mata Memandang Kembali Gelar Instalasi
Industri mode menjadi salah satu penyumbang besar sampah tekstil di seluruh dunia. Pola pikir mode sirkuler bisa menjadi salah satu solusi.
19 Mar 2021


3 / 6
Ketimbang istilah sustainability atau kesinambungan yang lebih banyak didengungkan dalam beberapa tahun terakhir, istilah mode sirkuler sepertinya belum banyak dibicarakan. Sejauh Mata Memandang sebagai salah satu label mode berupaya untuk menjadi label yang bertanggungjawab. Tidak hanya bagi lingkungan, tapi juga terhadap para konsumennya.
 
Secara konsisten terus menggelar instalasi untuk menggugah kepedulian masyarakat setiap tahunnya, kali ini Sejauh kembali menggelar eksebisi bertajuk Sayang Sandang, Sayang Alam disponsori oleh Taco. Bertempat di Ashta District 8. Tahun ini, Direktur Kreatif Sejauh Mata Memandang Chitra Subyakto berangkat dari pertanyaan yang selalu menggelitiknya: seberapa kebutuhan sandang yang kita konsumsi ternyata memberikan dampak buruk terhadap lingkungan?
 
Pasar untuk industri mode terus berkembang dan dinamis, hal ini juga dipengaruhi oleh pergerakan tren yang sangat cepat. Secara global, industri fast fashion memberikan pilihan kepada konsumen untuk dapat membeli lebih banyak pakaian dengan harga yang terjangkau sehingga mengakibatkan akumulasi limbah mode terus meningkat. Hal ini juga ditambah dengan penggunaan serat sintetis seperti poliester yang merupakan serat plastik dan tidak dapat terurai secara hayati dan membutuhkan waktu hingga 200 tahun untuk dapat terurai. Terlebih lagi, sekitar 85% dari sampah tekstil dibuang ke tempat sampah dan laut.
 
Menyikapi hal ini, #sejauhmanakamupeduli menghadirkan beberapa solusi untuk dapat berkontribusi dalam menyelamatkan bumi dari limbah fesyen. Salah satu caranya adalah dengan meningkatkan kesadaran akan kerusakan lingkungan yang telah terjadi, memilih serat alami untuk tekstil, berbelanja lebih sedikit, membeli kualitas yang baik sehingga tahan lama, dan membeli produk dengan konsep daur ulang.
 
Chitra Subyakto, Pendiri dan Direktur Kreatif SMM menjelaskan “Fakta menunjukan bahwa fashion merupakan salah satu penyumbang polutan sampah terbesar. 95% sampah tekstil yang terbuang sebenarnya masih bisa didaur ulang (recycle) atau didayagunakan kembali menjadi benda berfungsi lain (upcycle). Sebagai merek fesyen dengan konsep slow fashion, salah satu cara kami mengurangi sampah tekstil, adalah dengan menciptakan sandang dari bahan yang dapat terurai, memanfaatkan sisa kain produksi, melakukan program daur ulang dan modifikasi nilai guna dari kain. Komitmen ini merupakan langkah nyata kami untuk mengajak konsumen membantu menyelamatkan lingkungan kita”. 
 
Bekerja sama dengan Felix Tjahyadi selaku konseptor, pameran ini juga didukung oleh Lynx Films, Mata Studio, Magnifique, Davy Linggar,  Wardah, Pable Indonesia, Syah Establishment, dan Greenpeace sebagai NGO partner. Dengan mengutamakan protokol kesehatan; memakai masker, menjaga jarak, membatasi interaksi, dan menjaga kebersihan tangan pengunjung diberikan berbagai edukasi dan informasi terkait fakta mengenai sampah tekstil. 
 
Pameran “Sayang Sandang, Sayang Alam” terdiri dari beberapa area antara lain; area fakta mengenai sampah tekstil, video informative dan visual hasil kolaborasi dengan Greenpeace, Davy Linggar, Dian Sastrowardoyo, Tulus, Gustika Hatta, dan Mesty Artiariotedjo. Tersedia juga area kotak penyaluran (dropbox) sampah tekstil. Terdapat juga Kios Sejauh menjual produk-produk daur ulang dari sisa bahan produksi dan pakaian bekas. Produk-produk daur ulang SMM cukup beragam seperti; selop, tas serba guna & kondangan, aneka bantal, masker kain, topi, dan koleksi pakaian daur.
 
Selama pameran berlangsung, pengunjung juga diajak untuk menyumbangkan pakaiannya untuk didaur ulang dengan cara menaruh pakaian yang akan disumbangkan ke kotak peduli sampah. Pakaian yang sudah tidak layak pakai akan didaur ulang menjadi benang dan kemudian menjadi kain baru dimana gerakan ini SMM bekerja sama dengan Pable Indonesia. Bekerja sama dengan beberapa gerakan, SMM juga mengolah pakaian yang masih layak pakai untuk dipilah dan didayagunakan kembali atau disumbangkan bagi yang membutuhkan, distribusi pakaian tersebut SMM didukung oleh Wardah dan Syah Establishment.

Industri mode merupakan salah satu kunci pembangunan ekonomi namun juga penyumbang mikrofiber plastik yang dibuang ke laut. Tentunya hal ini menjadi menjadi tantangan mulai dari produsen, desainer, hingga konsumen. Melalui pameran ini kami mengharapkan dukungan konsumen agar terjadi perubahan yang kita inginkan. “Mewujudkan perubahan ini, SMM berkomitmen sebagian dari penjualan akan disumbangkan untuk mendukung beberapa organisasi melalui kemitraan kolaboratif. Memperkuat dampak dana pada skala global sambil mendukung komunitas lokal di daerah rawan” ujar Chitra. (SJH) Foto: Dok Sejauh
 
 
 

 

 


Topic

Fashion

Author

DEWI INDONESIA