Arsitek kenamaan Indonesia, Leonard Theosabrata, merilis dua merek minuman beralkohol dengan kearifan lokal Nusantara: Marak Bali dan Ark. Dari berbagai khazanah budaya Indonesia, ragam minum-minuman beralkohol nampaknya paling jarang ditelisik, meskipun tradisinya tidak kurang-kurang seantero arkipelago kita. Kini, Marak Bali dan Ark menilik kembali tradisi alkohol Nusantara, dalam botol-botol arak akulturasi masyarakat Bali dan Tionghoa.
Melawat Warisan yang Kerap Terlewat
Leonard Theosabrata bekerja sama dengan perajin arak tradisional dari Desa Tri Eka Buana, Sidemen, Karangasem, Bali. Desa ini adalah salah satu pusat pembuatan arak Bali tertua, dengan sejumlah instrumen penyuling arak dari gerabah dapat dirunut hingga hampir seabad yang lalu.
Memberdayakan masyarakat setempat, perusahaan payung arak ini, Indoestri Teluk Saba, menjalin kerja sama dengan sistem koperasi, melindungi produksi arak lokal dengan berkeadilan. Indoestri Teluk Saba mendaulat tuak fermentasi nira kelapa panenan petani-petani lokal. Petani dapat memasok 2.000 liter tuak tiap minggunya. Dari 500 liter tuak, dapat disuling 180 liter arak. Pun, penyulingan ini membuat arak dapat diproses secara modern dan terkontrol dalam kadar alkohol 30-40% yang aman untuk konsumsi publik.
Logo yang dibesut menyimbolkan semangat kolaboratif jenama ini. Dua buah batu tertumpuk melambangkan filosofi "Rwa Bhineda" tradisional Bali: bahwa dunia diciptakan oleh kesetimbangan antara dua unsur yang berlawanan. Merek arak ini pun mewakili akulturasi budaya Bali dan Tionghoa, antara tradisi yang menjadi cikal-bakal dan racikan modern yang diilhaminya.
Dua jenis arak diproduksi hasil sulingan Indoestri Teluk Saba: Marak Bali dan Ark. Ark didapuk bagi penikmat alkohol kelas jawara, sementara Marak bagi yang menginginkan minuman yang lebih ringan. Keduanya dapat dinikmati neat puritan tanpa campuran, maupun menjadi dasar campuran koktail tanpa mendominasi cita rasa.
Marak Bali
Yang pertama, Marak Bali, adalah arak sulingan yang telah terinfusi dengan saripati teh oolong. Padu padan ini memberikan cita rasa pahit yang sopan di pangkal lidah, laiknya whiskey yang demikian halus dan ringan. Kadar yang dimiliki Marak lebih rendah (di 38,5% ABV). Marak disajikan dalam botol keramik kriya lokal, menambah kesan eksklusif dari racikan unik ini.
Ark
Yang kedua, Ark, adalah arak sulingan yang dibesut sebagai lini premium. Puritan tanpa infusi apapun, Ark menawarkan cita rasa arak asli Bali dengan nuansa manis dan wangi. Meskipun kadar alkoholnya tidak ringan (di 45% ABV), pun Ark masuk dengan halus dan lembut yang nyaman di lidah.
Anda dapat mencicipi Marak dan Ark dengan mengunjungi Rumah Marak di Nusa Dua, Bali, maupun En Par di bilangan Senopati, Jakarta. Informasi lebih lanjut, silakan kunjungi akun Instagram @marak.bali dan @ark.spirits, serta situs Indoestri Teluk Saba.
Teks: AKIB ARYOU
Foto: Dok. MARAK BALI