Rayu Bahagia Austria
Menikmati waktu sambil sedikit demi sedikit menyerap ketenangan. Bukankah itu tujuan liburan yang sebenarnya?
22 Mar 2020



Dari Atas Kota Salzburg
Sehari setelah Natal kami lanjutkan perjalanan menuju Salzburg. Perjalanan ditempuh kurang lebih tiga jam menggunakan kereta dari Eisenstadt. Meskipun bukan kota besar seperti Wina, Salzburg adalah kota yang sangat cantik dan memesona. Keramahan penduduknya menyatu dengan gelaran pemandangan Pegunungan Alpen Timur muncul dari segala penjuru arah. Saya bahkan langsung jatuh cinta pada kota ini ketika disuguhkan gedung-gedung tua bergaya barok. Cinta pada pandangan pertama!

Setelah tinggal di Inggris selama tiga tahun, saya sangat menikmati berjalan kaki ke mana-mana. Ini juga saya rasakan ketika berada di Salzburg. Pejalan kaki akan merasa nyaman melangkah di kota tua yang telah terdaftar sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO ini. Sekadar belanja atau mencoba restoran lokal di sepanjang jalan dan mencicipi Salzburg Nockerl tidak boleh terlupa. Hidangan sweet soufflé yang dibuat dari olahan putih telur kocok dibentuk seperti bukit dan disandingkan dengan saus vanila. Jangan lupa, menyempurnakan kunjungan dengan mendatangi museum tempat kelahiran dan tempat tinggal komposer legendaris Mozart di sekitar pusat kota.

Mengunjungi Pegunungan Unternberg awalnya tidak ada dalam agenda. Kami membayangkan akan kedinginan berada di atas sana karena suhu mencapai tiga derajat Celcius. Butuh persiapan pakaian khusus dan tepat untuk menangkal dingin.  Namun, udara pagi begitu bagus. Matahari bersinar terik. Saya juga telah siap memakai pakaian yang diperlukan. Keindahan Unternberg seakan menggoda untuk dijelajah. Ternyata, godaan seperti ini menjadi pengalaman tak terlupakan.

Dengan menaiki kereta gantung, kami menuju ketinggian 1.805 meter dari permukaan laut. Setibanya di atas, panorama serba putih menghipnotis saya. Meskipun baru hanya sebagian saja yang tertutup salju, kota Salzburg begitu elok parasnya. Melihat dan menyentuh salju bukan hal baru. Tapi berdiri di atas gunung bersalju dan berangin adalah pengalaman pertama. Saya bisa merasakan bagaimana perasaan seorang pendaki gunung ketika sampai di puncak. Keadaannya sungguh damai. Sukar menjelaskan bagaimana perasaan saya kala itu. It’s overwhelming! Dalam hati bersyukur mempunyai kesempatan melihat keindahan alam semesta ini bersama orang-orang tercintai. Akhir liburan yang berkesan. Saya menantikan kesempatan berkunjung kembali. Masih banyak tempat yang ingin dituju dan pengalaman yang didapatkan.
Teks & foto: Nita Strudwick.




 

 


Topic

Travel

Author

DEWI INDONESIA