Javara yang dalam bahasa Sanskerta berarti ‘juara’ ini didirikan tak hanya ingin menunjukkan juaranya Indonesia dalam aspek kuliner, tapi hadir untuk membantu banyak petani kecil di pelosok-pelosok Tanah Air serta melestarikan bahkan menghidupkan kembali pangan tradisional yang terlupakan. Seperti kasus yang terjadi pada bunga telang, Helianti pun tak tinggal diam. Ia mencari benih-benih bunga telang di Jawa lalu membagikannya kepada para petani yang ada di Ternate. Kultur untuk menggunakan bunga telang sebagai bahan pangan justru banyak dilakukan di Thailand dan Malaysia. Ia pun gencar memasarkan bunga telang ini hingga diekspor ke mancanegara dan memperkenalkan kembali bahwa bunga telang berasal dari Ternate, milik Indonesia. “Semakin mau punah, semakin kita urusin. Ini adalah cara membangun dignity dan pride. Produk lokal akan tetap lestari apabila kita bersama para petani membangun martabat dan kebanggaan terhadap produk tersebut. Pendapatan meningkat saja tidak cukup,” ceritanya.
Melalui Javara yang berdiri sekitar tujuh tahun lalu, Helianti mengajak para petani lokal untuk mengelola warisan kuliner Indonesia. Javara memiliki misi mempertahankan profesi petani kecil Indonesia dengan meningkatkan mata pencaharian mereka, juga membangun martabat dunia agrikultur Indonesia di mata dunia melalui inovasi yang kreatif. “Jujur saja, Javara berkembang karena problema yang ada. Kami mencari solusi. That’s how we innovate. Di saat ada masalah kami tertuntut untuk membuat produk baru yang berdaya hasil guna.” Seperti insiden Gunung Merapi yang meletus beberapa tahun silam yang menimpa kehidupan para pengrajin batu di Muntilan. Helianti bersama seorang rekan chef asal Perancis memesan batu-batu karya pengrajin Muntilan dan membuatnya menjadi wadah garam. Produk ini pun mendapatkan penghargaan di kontes Salone del Gusto, Italia, tahun 2014, dan kini tengah diekspor sampai Italia dan Jerman.
Javara melihat potensi yang besar dari pangan tradisional Indonesia. Meski hasilnya dalam jumlah terbatas, respons pasar global cukup positif. Helianti kerap mengajak para petaninya untuk ikut pameran ke luar negeri agar petani-petani ini tahu siapa saja konsumen produknya. Selain itu, Javara juga menyediakan teknologi berbasis rumah tangga yang hemat energi untuk digunakan di rumah-rumah petani. Untuk menghidupkan lagi ‘hidden gems’ Indonesia dan meningkatkan daya jualnya, Javara juga melakukan jaminan kualitas dan branding, termasuk branding daerah. Misalnya Beras Solok dan Garam Kusamba. Sertifikasi organik juga dilakukan. Saat ini, Javara bekerja bersama lebih dari 50.000 petani, 10.000 di antaranya sudah tersertifikasi organik. Siapa sangka hasil produksinya mampu menembus pasar global, hingga diekspor sampai Perancis, Inggris, Australia, Jepang, Italia dan sebagainya. (MEL) Foto: Dok. Corbis
Author
DEWI INDONESIA
RUNWAY REPORT
Laras Alam Dalam DEWI's Luxe Market: "Suara Bumi"