Seiring dengan memasuki masa New Normal, salah satu yang menjadi pembicaraan adalah apakah ini saat yang tepat untuk kita kembali bepergian menggunakan moda transportasi udara. World Health Organization (WHO) menyatakan, bahwa berdasarkan hasil riset yang ada, menunjukkan risiko penularan penyakit dalam kabin pesawat relatif kecil.
Menurut mereka, hal ini disebabkan sirkulasi udara di dalam kabin pesawat yang dirasa cukup, yaitu 20-30 kali pergantian udara per jam. Apalagi banyak pesawat modern sudah memiliki sistem resirkulasi yang mendaur ulang hingga 50% udara di dalam kabin. Udara hasil daur ulang ini akan melewati filter high-efficiency particulate air (HEPA) yang digunakan di ruang operasi rumah sakit serta ICU. Fungsinya adalah untuk memfilter partikel, bakteri, jamur, serta virus.
Selain itu International Air Transport Association (IATA), European Union Aviation Safety Agency (EASA), serta European Centre for Disease Prevention and Control (ECDC) juga menegaskan pentingnya tetap mempertahankan prinsip jaga jarak di kabin pesawat. Baik itu sesama penumpang maupun dalam interaksi dengan awak kabin. Pula untuk tidak lupa mengenakan masker selama berada di dalam kabin.
Meski demikian, bukan berarti penerbangan sudah 100% aman. Tindakan-tindakan pencegahan oleh penumpang juga perlu dilakukan. Salah satunya dengan tidak bepergian ketika Anda merasa tak enak badan. Apalagi dengan gejala demam dan flu. Atau dengan tidak melakukan perjalan yang tidak perlu-perlu amat. (SIR). Foto: Suhyeon Choi (Unsplash).