Terletak di kawasan Bintaro, Tangerang Selatan, suasana rumah tersebut mengingatkan pada gaya desain abad pertengahan meski Dandy tak ingin mengatakan ia menganut gaya desain tertentu. “Rumah ini adalah hasil pengalaman visual saya. Dulu kalau main ke rumah bude, pakde, nenek, saya suka memerhatikan benda-benda apa saja yang ada di sana. Biasanya saya memerhatikan buffet, bentuk jendela, kursi, meja makan,” ujar pria dengan latar belakang pendidikan desain produk. Lantas ia kembali memproduksi furnitur tersebut di workshop miliknya. Workshop itu dibuka pada tahun 2009 saat ia memulai usaha lini aksesori interior bernama Harrington Home.
“Tadinya tidak ada area terbuka di ruangan ini. Karena merasa butuh banyak udara segar di dalam rumah, jadi saya menghancurkan tembok, mengubah posisi dapur dan mendirikan taman vertikal. Bagian atasnya saya biarkan terbuka,” lanjut Dandy.
Berlibur juga menjadi kesempatan Dandy dan isteri untuk mencari benda-benda yang bisa menghias tempat tinggalnya. Perangkat tableware, aksesori seperti karpet, sarung bantal, dan pajangan dinding menjadi benda-benda yang memenuhi tas belanjanya. Dandy bermimpi agar suatu hari ia dan isteri bisa membuat usaha bersama di bidang yang mereka sukai yakni desain dan seni. “Hidup saya ibarat kanvas kosong. Warna merahnya berasal dari musik, birunya berasal dari lukisan, dan hijaunya dari interior. Dengan warna-warna itu saya mewarnai kanvas saya,” tutupnya dengan senyum. (JAR) Foto: Wahyudi Tan.
“Tadinya tidak ada area terbuka di ruangan ini. Karena merasa butuh banyak udara segar di dalam rumah, jadi saya menghancurkan tembok, mengubah posisi dapur dan mendirikan taman vertikal. Bagian atasnya saya biarkan terbuka,” lanjut Dandy.
Berlibur juga menjadi kesempatan Dandy dan isteri untuk mencari benda-benda yang bisa menghias tempat tinggalnya. Perangkat tableware, aksesori seperti karpet, sarung bantal, dan pajangan dinding menjadi benda-benda yang memenuhi tas belanjanya. Dandy bermimpi agar suatu hari ia dan isteri bisa membuat usaha bersama di bidang yang mereka sukai yakni desain dan seni. “Hidup saya ibarat kanvas kosong. Warna merahnya berasal dari musik, birunya berasal dari lukisan, dan hijaunya dari interior. Dengan warna-warna itu saya mewarnai kanvas saya,” tutupnya dengan senyum. (JAR) Foto: Wahyudi Tan.
Author
DEWI INDONESIA
FOOD & TRAVEL
CASA CUOMO, Simfoni Kuliner Italia di Jakarta