Dinamai River House, seperti layaknya banyak bangunan di Pulau Dewata, vila ini memaksimalkan pengalaman manusia berada di tengah alam tanpa lupa untuk mengedepankan kemudahan dan kenyamanan. River House adalah rumah tinggal atau rumah peristirahatan tiga lantai dengan lima kamar tidur yang terletak di Pererenan, Bali. Sang Arsitek Alexis Dornier mengelompokkan ruang-ruang pribadi bangunan ini menjadi volume kubistik yang tampak melayang dalam rancangannya.
Inspirasi bentuk kubus ini datang dari kontur area tersebut yang memang berundak-undak. Alexis mencari cara untuk mengakomodasi rancangan ke dalam sebuah bentuk yang dapat terintegrasi dengan kondisi tanah seluas 1.440 meter persegi tersebut. Jawabannya, dengan mengangkat bentuk kubus itu dari atas tanah. Dengan demikian, Alexis dapat memanfaatkan lahan di bawahnya menjadi ruang bersama, tempat menikmati alam yang terhampar di hadapan.
Menelusuri rumah ini tak ubahnya menguak rahasia. Fasad rumah bagian depan dan samping tertutup kisi-kisi kayu. Pintu masuk ke rumah ini pun seperti tersembunyi karena berada di antara tanaman-tanaman yang rimbun. Pohon palem, pohon pisang, dan pohon bodhi mengelilingi bangunan dan menjadikannya bagian dari siluet yang terdiri dari perbukitan dan sawah yang subur. Keduanya, selain indah dilihat juga berfungsi sebagai sistem pendingin pasif (passive cooling) bangunan untuk menyaring panas dari sinar matahari yang masuk ke rumah. Mendinginkan ruang dengan cara ini dapat menciptakan kondisi thermal comfort dan tentunya menghemat penggunaan energi.
Masuk ke rumah, kita akan berada di lantai dasar. Di sini akan ditemukan ruang-ruang yang bersifat utilitas dan dipakai bersama seperti ruang mencuci, ruang kantor, massage room, ruang televisi, dan kamar asisten rumah tangga. Vila ini dihuni oleh sang pemilik selama enam bulan setiap tahunnya. Selebihnya, tersedia untuk disewa lengkap dengan pelayanan staf harian.
Dalam membingkai dan mengamplifikasi pemandangan Bali yang menakjubkan, Alexis Dornier menggunakan kayu reklamasi dan batu pasir yang bersumber secara lokal untuk menciptakan permukaan dan tekstur yang melebur menjadi satu. Elemen natural batu dan kayu berpadu dengan sempurna sehingga memperkaya karakter bangunan, mereferensi kembali ke budaya bangunan vernakular Bali dan di waktu bersamaan tetap menghadirkan rasa modern.