“Hitam tidak selalu gelap. Plafon rendah bukan berarti menjadikan ruangan sempit,” tutur Sukendro Sukendar, pendiri Nataneka Architect. Melalaui wisata ke tempat-tempat yang dibuat oleh arsitek legendaris dunia seperti Alvar Aalto, ia mencari pembuktian terhadap pernyataan yang dibuatnya. Dalam waktu satu tahun, ia menyempatkan diri untuk merancang perjalanan wisata arsitektur sebanyak enam kali. Dari obyek arsitektur tersebut Kendro terinspirasi untuk membuat detail bangunan bagi proyek arsitekturnya.
Ia beruntung punya kesempatan untuk mengikuti workshop fotografi dan arsitektur di Olot Prancis yang diadakan oleh RCR Arquitectes, biro arsitek favoritnya. Kendro memuaskan diri dengan memotret detail ruang publik La Lira Theatre Public Domain. Di waktu luang, ia menyempatkan diri untuk berkendara menuju Rodez untuk mengunjungi Musée Soulages, karya baru dari RCR Arquitectes. Sebuah museum seni yang didedikasikan bagi Pierre Soulages, seniman asal Prancis yang pada 2014 lalu dinobatkan sebagai seniman terbaik dunia oleh presiden Prancis François Hollande. “Semua hitam dan semua material berasal dari besi,” kata Kendro semangat. Sekembalinya ke Olot, ia mendapat penghargaan sebagai salah satu peserta terbaik workshop. “Saya memberanikan diri untuk meminta pada salah satu pendiri RCR agar diizinkan melihat rumahnya. Rumah itu ialah rumah terbaik yang pernah saya kunjungi sepanjang hidup saya,” kisah Kendro.(JAR) Foto: Sukendro Sukendar
Author
DEWI INDONESIA
FOOD & TRAVEL
CASA CUOMO, Simfoni Kuliner Italia di Jakarta