Design Matters Lab: Kolaborasi Lintas Budaya untuk Inovasi Berkelanjutan dalam Mengatasi Krisis Limbah
EUNIC Indonesia Cluster menghadirkan Pameran Design Matters Lab sebagai respon terhadap krisis limbah
6 Mar 2025


Krisis limbah mulai mendunia dengan meningkatnya jutaan ton sampah tiap tahunnya. Tidak hanya di Indonesia, problematika ini merambah ke berbagai penjuru dunia. Gentingnya masalah ini perlu dibangkitkan dengan pengetahuan bahwa selain merusak alam, limbah juga mengganggu kesehatan manusia. EUNIC Indonesia Cluster merespon krisis ini dengan Pameran Design Matters Lab yang pertama. Pameran yang diadakan di Erasmus Huis ini menampilkan lima solusi inovatif hasil kolaborasi desainer Indonesia dan Eropa dalam merespons krisis limbah global. Berikut kontribusi mereka dalam mencanangkan solusi berkelanjutan untuk tantangan lingkungan yang mendesak.

Inklusivitas bagi Penyandang Tunanetra dengan Material Daur Ulang

TAC_tiles, kolaborasi antara desainer Inggris dan Indonesia, menciptakan inovasi yang mengedepankan aksesibilitas di ruang publik bagi para penyandang tunanetra. Chloe Xingyu Tao dan Fariz Fadhlillah, dibantu oleh Conture Concrete Lab, menciptakan alat navigasi intuitif untuk tunanetra yang, istimewanya terbuat dari integrasi beton dengan material daur ulang.

“Proyek kami menantang saya untuk mengeksplorasi ranah baru dalam desain, penelitian, dan pengembangan material guna menciptakan lingkungan yang lebih inklusif bagi penyandang disabilitas netra. Saya dan Fariz akan terus mengembangkan proyek ini—karena membangun jalan yang inklusif membutuhkan upaya kolektif, kesadaran, dan tindakan dari kita semua," Chloe mengungkapkan gairahnya selama berkontribusi untuk pameran ini.

Pengedap Suara dengan Bahan Dasar Jamur

Proyek dari Hylume melibatkan Leïla Bouyssou dari Prancis dan Bani Muhammad dari Indonesia, bersama MYCL. Kolaborasi ini bertujuan untuk meneliti potensi akustik miselium, yaitu bagaimana miselium, struktur akar jamur, dapat digunakan dalam pengendalian suara. Proyek ini menciptakan panel insulasi suara berbasis material alami, yakni mengembangkan bahan peredam suara yang ramah lingkungan dengan menggunakan miselium sebagai bahan utamanya. 

Menerangkan Ruangan dengan Lampu dari Kedelai dan Kotoran Sapi

Sejalan dengan permainan kata pada namanya, proyek Lampoep berhasil mendorong batas inovasi lintas budaya dengan mengolah limbah cair kedelai dan kotoran sapi menjadi alat penerangan. Selain ramah lingkungan, proyek ciptaan Ratna Djuwita asal Indonesia, Pim van Baarsen dari Belanda, dan Cowka ini juga mempertahankan nilai keterampilan lokal.

“Dalam program ini, saya mendapat kesempatan berharga untuk bertemu dengan rekan-rekan dan mentor multidisiplin serta multietnis, masing-masing dengan gagasan dan perspektif unik mereka. Kami dapat mengamati dan belajar langsung bagaimana pengetahuan lokal diintegrasikan hingga menjadi bagian tak terpisahkan dari proses desain kami," ujar Ratna ketika diminta mendeskripsikan kesempatan kolaboratif ini.

Material Kulit dari Kaki Ayam

Ceker ayam biasanya menjadi perdebatan hangat antar para penikmat kuliner. Argumentasi yang apapun akhirnya, tetap berakhir dengan kaki ayam sebagai limbah makanan. Cuir Mache mengubah nasib sebagian dari anggota tubuh sang ayam, kakinya, menjadi suatu material kulit. Hasil inovasi Rininta Isdyani dari Indonesia, Alve Lagercrantz, dan Hirka ini menghasilkan bahan yang tahan lama sekaligus bernilai tinggi.

Duduk di Atas Ampas Kopi dari Kursi ESPRESSO

Salah satu tahapan pembuatan espresso adalah teknik pemadatan. Proyek ESPRESSO karya Cokorda Gde Bagus dari Indonesia, Ciana Martin dari Irlandia, dan Bell Living Lab mengambil inspirasi dari tahapan tersebut dan berhasil menciptakan kursi multifungsi yang terbuat dari ampas kopi. Kursi ini tidak hanya mengusung konsep keberlanjutan dengan memanfaatkan limbah kopi, tetapi juga menggabungkan desain ergonomis dan estetika modern.

Pameran Design Matters Lab membuktikan bahwa kolaborasi lintas budaya dapat menghadirkan inovasi berkelanjutan dalam menanggapi krisis limbah global. Dengan memanfaatkan material yang sering dianggap limbah, para pengrajin dari berbagai sudut dunia berhasil menciptakan solusi kreatif yang tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga memiliki nilai fungsi tinggi bagi masyarakat. Dari alat bantu navigasi hingga furnitur inovatif, proyek-proyek ini menginspirasi cara baru dalam melihat dan mengelola limbah sebagai sumber daya. Inisiatif seperti ini menjadi langkah nyata menuju masa depan yang lebih berkelanjutan, inklusif, dan sadar lingkungan.


Teks: Dara Nadira
Editor: Mardyana Ulva
Foto: Goethe

 


Topic

Health News

Author

DEWI INDONESIA