Dalam perspektif yang konvensional, sebuah atap sejatinya berada di bagian atas bangunan. Atap juga berfungsi untuk melindungi ruang di bawahnya dari perubahan suhu dan cuaca. Kontras dengan pakem tersebut, tim arsitek Jepang dari studio Sou Fujimoto merancang sebuah atap lengkung yang menyentuh tanah, yang memungkinkan orang-orang berjalan di atasnya, bahkan menggunakannya sebagai ruang terbuka untuk beraktivitas.
Atap lengkung ini dirancang untuk Hida Takayama University di kota Hida, Jepang. Ini merupakan sebuah universitas swasta yang rencananya akan diresmikan pada April 2024 mendatang. Memiliki desain bangunan serupa bukit beserta lembahnya, rupanya ini merepresentasikan alam di sekitarnya. Hida Takayama University ini berlokasi di daerah pedesaan di sekitar Perfektur Gifu, yang memiliki kontur geografis bergunung-gunung.
Rancangan para arsitek di studio Sou Fujimoto ini melingkupi dua bangunan berlekuk yang dipisahkan oleh sebuah teras. Salah satu bangunan yang lebih besar itulah yang memiliki atap lengkung menyentuh tanah, yang disebut oleh para arsiteknya sebagai sebuah ‘lembah terbuka.’ Tak hanya mengusung konsep hijau yang ramah lingkungan, ia juga bermaksud menjadikan bangunan ini sebagai wadah pertukaran gagasan.
Sou Fujimoto, arsitek pendiri studio desain ini, mengatakan bahwa kompleks bangunan kampus ini merupakan sebuah alun-alun edukasi untuk orang berkumpul dan berdiskusi secara terbuka. Desain ini merupakan salah satu upaya revitalisasi area pedesaan tersebut—yang saat ini mengalami penurunan populasi—agar menarik perhatian internasional.
“Saya ingin merancang sebuah kampus yang para mahasiswa, pengajar, dan masyarakat lokal bisa berinteraksi dengan bebas dan terkoneksi denga dunia,” katanya.
Universitas ini menyasar mahasiswa pasca-sarjana dan orang dewasa yang bekerja. Selain kampus di kota Hida ini, universitas ini juga akan memiliki 11 kampus lainnya di seluruh penjuru Jepang.
Proyek Hida Takayama University ini bukan kampus pertama yang didesain oleh arsitek Sou Fujimoto. Sebelumnya, studio ini telah merancang sebuah pusat kajian di University of St Gallen di Swiss, sebuah perpustakaan di Musashino Art University di Jepang, dan sebuah bangunan hijau untuk Université Paris-Saclay di Prancis.
Mardyana Ulva
Foto: Sou Fujimoto via Dezeen